Mengapa harus menolak? Alasan-alasan kuat untuk menolak sebuah tugas rangkap haruslah bersifat objektif, bukan alasan emosional atau alasan yang bersifat apriori. Seperti:
Alasan emosional
“Mengapa saya yang selalu diberi tambahan tugas, sedangkan teman lain tidak?”
“Little little to me... little little me… dikit-dikit gue, kenapa bukan orang lain saja?”
Alasan apriori
“Bos memang sentimen … dia nggak senang kalau lihat pekerjaan cepat selesai. Dipikirnya kita terus nganggur?”
“Perusahaan pelit. Tugas tambah banyak, tapi nggak mau tambah pegawai!”
Alasan yang lebih objektif bisa dipertimbangkan, berdasarkan kurangnya pengetahuan atau keterampilan yang Anda miliki, untuk menjalankan tugas baru secara baik. Dengan alasan seperti ini, Anda bisa melakukan ‘tawar-menawar’. Jika yakin tugas itu akan dipercayakan kepada Anda, Anda bisa minta mengikuti pelatihan yang sesuai atas biaya perusahaan. Jika hal ini tak bisa dipenuhi, Anda punya alasan kuat untuk menolak tugas rangkap tersebut.
Masalah waktu kerja yang akan menyita Anda dari tugas utama bisa menjadi alasan untuk menolak tugas rangkap. Dalam hal ini, Anda minta masa percobaan untuk melakukan tugas rangkap dalam periode tertentu. Dan, minta sama-sama mengevaluasi apakah tugas utama tetap bisa diselesaikan dengan sama baiknya. Minta penilaian bos atas hasil kerja Anda dalam tugas baru. Kalau tak memenuhi standar, di akhir evaluasi Anda bisa minta dibebaskan dari tugas tersebut. (f)
Baca tip menghadapi tugas rangkap, di sini.