Sex & Relationship
Wanita Juga Butuh 'Gua'

23 Jun 2014

Benarkah berpisah (sejenak) dari pasangan bisa menjadi kunci penjaga kehangatan hubungan?

Ke mana-mana selalu berdua, di rumah juga selalu bersama, bahkan saat dinas ke luar kota, pasangan selalu ikut. Romantis? Mungkin. Tapi, tanpa disadari teman dan sahabat di sekitar Anda yang jadi tempat curhat, lama-lama jadi jauh. Jika ini yang terjadi, mungkin saatnya Anda perlu ‘sendiri'.

Wanita juga Butuh  ‘Gua‘

Diana (35), seorang ibu rumah tangga, termenung. Ada kegundahan dalam hatinya setelah berdebat dengan suaminya pagi ini. Masalahnya sepele, soal rencana berlibur yang sudah berkali-kali batal. Entah mengapa, semua rasa kesal dari masalah-masalah sebelumnya terasa terakumulasi siang itu.
Tiba-tiba tebersit dalam benak Diana untuk ‘memberi pelajaran‘ pada suaminya dengan cara mematikan ponselnya. Kalau ia ‘kabur‘ ke luar kota, rasanya tidak mungkin. Siapa nanti  yang akan menyiapkan makan siang dan mengantar jemput anaknya ke tempat les? Akhirnya, ia pergi ke mal dekat rumah, duduk di sebuah kafe, sambil menyesap segelas kopi dan menikmati lalu-lalang orang di mal. Setelah satu setengah jam, kepalanya ‘dingin', dan siap kembali ke rumah. .

Gara-gara buku Men from Mars, Women from Venus yang ditulis John Gray, ada semacam keyakinan bahwa kaum pria perlu 'sebuah gua' saat mereka butuh waktu untuk berpikir. Padahal,  kenyataannya, wanita juga perlu ‘gua‘. “Sebagai ibu yang biasanya harus mengurusi keluarga, saya terkadang perlu waktu sendiri untuk menenangkan pikiran," ungkap Diana.

Siapa pun terkadang butuh ruang untuk berpikir. Namun, bukan berarti saat pasangan berkata mereka butuh waktu untuk sendiri, sebagai tanda adanya masalah dalam perkawinan. Biasanya tindakan ini diambil untuk  meredam emosi dan mendinginkan kepala, untuk menghindari konflik yang lebih berat. Tindakan yang menurut Dr. Monty P. Satiadarma, MS/AT, MCP/MFCC, psikolog dari Universitas Tarumanagara, bukanlah tindakan yang buruk.

"Memang ada pandangan bahwa menghindar (avoidance) tidak menyelesaikan masalah. Tetapi, pandangan ini lebih dilandasi oleh pandangan masyarakat Barat yang lebih cenderung individual. Padahal, di dunia Timur tidak selalu selaras dengan pandangan Barat. Sebuah penelitian di Jepang yang dilakukan oleh Jiro Takai,  Ph.D., dari Nagoya University, menunjukkan bahwa bangsa Jepang cenderung lebih banyak menghindari konflik, dalam konteks meningkatkan toleransi, daripada bersikap konfrontatif," ujar Monty.

Seperti diakui Diana, ia hanya butuh sedikit waktu untuk 'menyendiri‘ untuk mencegah konfllik menjadi  makin berat, jika dihadapi dengan hati panas dan emosi. "Namanya berumah tangga, pasti ada masalah. Buat saya, menyendiri adalah bagian dari me time. Bukan untuk lari dari masalah. Justru ketika sendiri itu saya bisa lebih tenang dan pikiran pun lebih terbuka,“ katanya.(NURI FAJRIATI)





 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?