Sex & Relationship
Usai Pembatalan Nikah

19 Aug 2015


Sebagai pihak yang membatalkan pernikahan, menurut Elly Nagasaputra, MK, CHt, konselor pernikahan dari konselingkeluarga.com, dampak psikologis yang dialami tentu tidak seberat pasangan yang ia tinggalkan. Meski mungkin, ada semacam guilty feeling yang menghantui karena sudah menyakiti pasangan secara sepihak. Untuk mengatasi perasaan bersalah, Elly menyarankan pihak yang meninggalkan untuk bersikap legowo agar bisa membuka lembaran baru dengan mulus.

Sebaliknya, sebagai pihak yang ditinggalkan, sudah tentu mengalami guncangan dan beban psikologis yang lebih berat. Elly mengungkapkan, hal itu terbilang wajar, mengingat pihak yang dibatalkan telah mengalami penolakan secara tidak adil.

Salah satu solusi, menurut Elly, bisa dengan mengajak mantan pasangan mengungkapkan apa yang memicu keraguan. “Tanyakan mengapa ia membatalkan pernikahan. Apabila Anda sudah tahu penyebabnya, berusahalah menerimanya dengan ikhlas. Bila belum bisa menerima, carilah support group yang bisa membantu Anda agar bisa segera move on,” ungkapnya.

Bila pihak yang dibatalkan merasa masih belum bisa legowo, meski sudah menumpahkan unek-unek kepada keluarga maupun sahabat, Elly menyarankan untuk menemui psikolog profesional. “Bantuan ahli akan membantu menyembuhkan trauma dan memulihkan harga diri bagi Anda yang ditinggalkan. Ke depannya, Anda pun akan lebih siap membuka lembaran baru dengan orang lain,” pungkas Elly.

SINDROM  COLD FEET
Perasaan ragu menjelang pernikahan terbilang wajar. Sindrom ini disebut cold feet yang mengacu pada perasaan nervous dan paranoid karena akan menjalani lembaran baru dalam hidup. Sama halnya ketika Anda yang tadinya lajang, kemudian merasa cemas karena akan menjalani status baru dalam hidup: berumah tangga.

Menurut Elly, rasa cemas ini bisa diatasi melalui komunikasi aktif dengan pasangan. “Saat cold feet muncul, Anda dan pasangan harus menganalisis penyebabnya sampai ke akar permasalahan.  Cari tahu siapa yang bermasalah. Anda atau pasangan?” ujarnya.

Bagi Elly, pernikahan membutuhkan komitmen seumur hidup antara kedua belah pihak, bukannya emosi sesaat. “Pernikahan itu ibarat bermain judi. Anda dan pasangan saling berspekulasi dan tidak akan tahu apa yang akan terjadi ke depannya nanti. Jadi, wajar bila Anda maupun kekasih merasa cemas,” tegasnya. (f)



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?