Sex & Relationship
Transisi Cinta

12 Mar 2013


Kompatibilitas dalam hubungan cinta bukan hal instan yang bisa didapat begitu saja saat Anda bertemu pasangan jiwa. Terlebih, ketika kompleksitas kehidupan pernikahan mulai menimbulkan gesekan emosional. ”Negosiasi cinta” alias kompromi, perlu bicara. Menyelamatkan perkawinan, sekaligus membantu mendewasakan Anda dan pasangan.

TRANSISI CINTA
Dulu, ketika masih jadi kekasih, apa-apa untukmu. Pokoknya, kamu selalu nomor satu. Tetapi, setelah menikah, satu sama lain seolah kehabisan kesabaran. Masing-masing ingin menjadikan pasangannya orang lain yang mereka inginkan. Rasanya, seperti ada kepingan puzzle yang hilang.

Konselor perkawinan dan keluarga Dr. Adriana Ginandjar, M.S. mengatakan bahwa ada masa transisi yang harus dilalui pasangan saat menginjak gerbang pernikahan. Berat atau tidaknya sangat bergantung pada seberapa dini Anda dan pasangan mengusahakannya. Caranya? Dengan kata kompromi!

“Kompromi tidak hanya memikirkan kepentingan pribadi, tapi juga kepentingan di luar dirinya. Dalam perkawinan, kompromi artinya memikirkan kepentingan dan kebutuhan pasangan dalam banyak hal,” jelas Adriana. Sebab, selain sama-sama cinta dan ingin menghabiskan sisa hidup bersama, pasangan menikah juga harus menghadapi banyak perbedaan. Mulai dari masalah yang prinsipil, kebiasaan, sampai ciri kepribadian atau karakter yang sebenarnya tidak cocok.

Adriana mengatakan bahwa sekarang ini banyak suami yang sangat baik hati dan mendorong istrinya berkembang.Seperti kasus yang pernah ditangani Adriana, di mana sang suami mengalami depresi. Berada di lingkungan yang sangat baru, di luar negeri, tanpa teman. Sementara itu di saat yang sama, demi mengejar kelulusan, sang istri sibuk menghabiskan waktu di perpustakaan. Mereka nyaris tidak memiliki waktu bersama.

“Kompromi besar perlu dibarengi dengan pengertian yang luar biasa juga dari istrinya. Bahwa suami mengikuti istri itu jauh lebih sulit dibanding istri mengikut suami. Sebab, dia harus memainkan peran yang sangat bertentangan dengan peran dia sebenarnya,” lanjut psikolog ini.

Menyediakan waktu berkualitas bersama suami, hanya sekadar mengobrol, mencari tahu kondisinya pada hari itu, atau bercanda dan bepergian berdua bisa menjadi bentuk kompromi istri terhadap pengorbanan suami.

Apabila istri telah lulus, upaya di atas telah berhasil, selanjutnya ada kompromi timbal balik istri bagi suami. Di mana istri bergantian memberikan ruang atau ‘panggung’ bagi sang suami untuk mengaktualisasikan diri. “Jangan sampai salah satu pasangan komprominya lebih besar atau tidak imbang,” tekan Adriana.

Misalnya, daripada ribut, pasangan akhirnya berkata iya, iya, saja, mengikuti keinginan istri. Hingga pada suatu titik suami merasa tidak tahan dan meledak. Jangan heran ketika pasangan yang tadinya baik-baik saja, tiba-tiba berubah menjadi mimpi buruk. ”Makin fleksibel masing-masing pihak dalam memahami pasangannya, hubungan akan jauh lebih baik,” tambah Adriana.(f)




 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?