Sex & Relationship
Terhalang Restu Keluarga

12 Nov 2014


Beberapa bulan terakhir saya dekat dengan A, seorang pria, duda beranak 2. Tempat tinggalnya kebetulan tidak jauh dari rumah orang tua saya. Namun, kedekatan kami tidak disukai kakak perempuan saya, yang ternyata  pernah menaruh hati juga kepada pria itu. Entah apa yang dikatakan kakak saya itu kepada Ibu sehingga Ibu pun menentang hubungan saya dan A. Sedih rasanya. Mengapa mereka tidak bisa melihat saya bahagia?

Gina – Jakarta

Menurut psikolog Irma Makarim, tiap orang tua akan berhati-hati, berpikir masak, mempertimbangkan secara matang, sebelum memberikan restunya. Beliau tentu punya berbagai alasan, bukan karena beliau tidak mau melihat kebahagiaan anaknya. Alangkah baiknya bila Anda  tak terlalu cepat mengambil kesimpulan dan menghakimi ibu dan kakak Anda  berdasarkan prasangka. Bukan saja menimbulkan salah paham dalam keluarga, juga menutup masuknya informasi berharga yang mungkin Anda butuhkan. Untuk mengenal kekasih, Anda juga membutuhkan banyak masukan dari orang yang mengenalnya dan di sekitar Anda. Daripada terus merajuk dan mengasihani diri, lebih baik mengambil sikap proaktif  untuk menjernihkan prasangka.
 Tanyakan langsung kepada beliau apa yang menjadi keberatan beliau, dengarkan masukannya dan pertimbangkan sebelum Anda mengambil kesimpulan atau keputusan penting.  Demikian juga dengan kakak. Anda bisa membicarakan dan minta masukan dari kakak Anda, apalagi   kakak Anda pernah juga jatuh cinta pada duda yang sama. Mungkin ada pengalamannya yang bisa dibagi kepada Anda mengenai  hambatan yang dihadapinya dengan pria ini. Pelajari masukannya, walaupun tak Anda sukai, karena lebih baik bagi Anda mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, walaupun kenyataan itu terasa pahit. Perlu juga diingat bahwa terkadang apa yang dirasakan buruk pada saat ini, justru melindungi Anda dari hal-hal yang kurang baik di masa depan.

Sedangkan menurut Monty Satiadarma, jika orang lain menentang keinginan Anda, tentu tidak serta merta hal itu membuat Anda tidak bahagia. Jika paradigma ini yang Anda gunakan, artinya Anda hanya bisa bahagia apabila kehendak Anda dipenuhi oleh orang lain, dan bukan oleh Anda sendiri.
    Padahal, kebahagiaan adalah milik pribadi. Tiap orang bisa memilih apakah ia hendak bahagia atau tak ingin bahagia. Kakak Anda pernah menaruh hati padanya, dan mungkin niatnya tak terpenuhi sehingga ia kecewa. Jika pujaannya kemudian berdampingan dengan Anda, maka tentu ia akan mempersepsi peluang bahagianya diambil orang lain, dan orang lain itu saudaranya sendiri. Anda menjadi kompetitor atau pesaing dirinya.
 Anda boleh memilih untuk membahagiakan diri dengan mengambil harapan kakak atau membahagiakan diri dengan membahagiakan kakak dan ibu Anda. Bukan mereka yang ingin dan tak ingin atau mau dan tak mau melihat Anda bahagia, tetapi Anda yang harus mampu beroleh kebahagiaan itu bagi Anda sendiri. Bahagia bukan milik orang lain, tapi milik Anda sendiri yang punya pilihan dengan cara apa untuk bahagia.
Jangan salahkan dan tuding orang lain yang membuat diri Anda tidak bahagia. Anda tak akan pernah bahagia, jika terus-menerus bergantung pada kehendak orang lain.  Anda yang harus memilih kebahagiaan yang mana yang layak bagi Anda.(f)
 




 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?