Sex & Relationship
Solusi Masalah Pernikahan

10 Apr 2012

Inilah solusi masalah yang kerap terjadi di dalam pernikahan.

Curhat: ‘Diteror’ Keluarga Suami
Saran:
Kerap kali bukan persoalan uang, seperti memberi bantuan keuangan pada keluarga pasangan, yang menjadi core problems dalam pernikahan. Masalah sesungguhnya justru bersumber dari loyalitas pasangan. Ketika istri merasa diteror oleh omongan buruk keluarga, seperti apa reaksi dan tindakan suami dalam menyelamatkan perasaan istrinya?

Tidak semua pasangan memiliki kemampuan yang baik dalam mengatasi konflik. Perlu latihan, belajar, diskusi, bersama pasangan hidup masing-masing. Di Indonesia umumnya perasaan tidak enak dan mengalah pada kelompok, seperti keluarga besar, jauh lebih tinggi dibandingkan perasaan loyal pada seorang istri. Padahal. Ketika menikah, harmonisasi bersama pasangan justru yang utama. Baru setelah kokoh di dalam, kedua pasangan akan solid ke luar.

Yakinkan bahwa suami dan istri memiliki kesamaan pandangan tentang loyalitas. Bila pasangan saling sesuai, akan lebih mudah menentukan  win-win solution bagi istri sekaligus keluarga besar yang terkesan gemar mengadu domba atau berbicara buruk tanpa merasa ada yang dikalahkan dalam ‘pertarungan’ ini.

Curhat: Serasa mengurus rumah sendirian
Saran:
Ada satu hal yang kerap dilupakan pasangan saat menikah: pembagian peran dalam mengatur dan mengelola rumah tangga. Terkesan sepele, tapi perlu dibicarakan. Tidak semua pasangan memiliki kesamaan pandangan tentang siapa yang membayar tagihan atau mencari asisten rumah tangga yang keluar masuk dan urusan tetek bengek rumah tangga. Umumnya, masing-masing akan mengadopsi apa yang terbiasa ia lihat sewaktu bersama orang tuanya dahulu. Tapi, ada juga yang secara ekstrem sebaliknya, justru enggan menjadi seperti orang tua yang ia rasa dalam posisi ‘dirugikan’.

Pelajari dan bicarakan apa yang menjadi kecenderungan masing-masing. Sehingga, bisa berkompromi tentang siapa yang akan melakukan bagian yang mana. Selalu mengalah atas nama cinta justru akan menghasilkan kemarahan kecil yang berkepanjangan, yang kelak akan mendatangkan emosi negatif lalu memunculkan kemarahan-kemarahan besar yang secara perlahan memadamkan api cinta pada pasangan.

Curhat: Dimusuhi keluarga besar suami
Saran:
Ada banyak kondisi yang sebetulnya tidak perlu Anda masukkan menjadi bahan pemikiran Anda, khususnya terkait obrolan di sekitar yang memang tidak jelas dasarnya dan terkesan miring. Meskipun orang-orang tersebut adalah bagian dari keluarga besar suami, merisaukan segala omongan mereka tentang Anda tak akan ada habisnya. Tak ada cukup waktu untuk memikirkan semuanya dan Anda akan pusing sendiri.

Belajarlah fokus hanya untuk kehidupan Anda bersama pasangan dan membina hubungan baik dengan keluarga besar. Konflik dengan keluarga besar adalah hal yang umum. Yang terpenting, Anda tak terpicu untuk terlibat konflik dan menjaga jarak aman. Toh, dengan saudara kandung dan orang  tua saja kita bisa berkonflik, apalagi dengan ipar atau mertua.

Pisahkan diri Anda dari urusan terkait keluarga besar suami. Ketika mertua menanyakan kepulangan kakak ipar, Anda bisa menganjurkan mertua menanyakan langsung kepada yang bersangkutan karena memang bukan otoritas Anda. Begitu juga tentang urusan harta bersama keluarga besar. Anda tak perlu terlibat atau melibatkan diri, meski hanya dalam bentuk omongan dan pemikiran.

Pemisahan ini penting, untuk menunjukkan bahwa ada urusan Anda dan suami,   juga urusan suami dengan keluarga besar, sama seperti urusan suami dengan pekerjaan. Anda sangat bisa untuk tak menceburkan diri. Memang, tinggal bersama memudahkan Anda ‘tercebur’ dalam persoalan keluarga besar mereka. Namun, seiring waktu, Anda akan terlatih untuk lebih menguasai keadaan dan menikmati hidup di kampung seperti bayangan Anda.

Curhat: Dianggap terlalu boros
Saran:

Pernikahan melibatkan dua orang. Sehingga, mudah memicu kompetisi,  namun juga mudah untuk menjadi kolaborasi indah untuk jalan maju bersama. Ketika pasangan mencetuskan pernyataan-pernyataan untuk tidak boros, apakah pemahaman suami tentang boros sama dengan pemahaman Anda? Pastikan yang dimaksudkan suami dan Anda adalah hal yang sama.

Diskusikan, ceritakan, dan bahas kebutuhan-kebutuhan Anda dan kebutuhan suami. Tentukan batasan, mana yang layak dijadikan pengeluaran dan mana yang tidak. Bila suami terlalu hemat dengan dirinya, bantu ia untuk tetap memiliki pengeluaran yang layak untuk diri sendiri. Bila Anda terlalu royal, minta pasangan membantu Anda menemukan celah agar lebih hemat. Pastikan Anda berdua menyisakan bagian untuk dikelola agar dapat mengembangkan kehidupan dengan kualitas yang lebih baik kelak. Jadi, lupakan perseteruan, apalagi yang bersifat menantang menang-kalah.

Curhat: Berbeda ‘ideologi’ dengan suami
Saran:

Kalau dirunut-runut, tentu akan banyak yang bisa Anda keluhkan tentang suami dengan segala kebiasaan dan tindakannya. Padahal, sedari awal dia adalah pria  yang sudah Anda pilih sebagai teman   hidup. Anda tentu punya alasan untuk memilihnya dulu. Sekarang, apa yang terjadi sehingga orang yang tadinya tepat, serta-merta menjadi orang paling salah sedunia?

Pahami keluhan-keluhan Anda. Bicarakan dengan pasangan. Bila perlu, catat dan buat jurnalnya sehingga Anda pahami pola dan akarnya. Jangan sampai harapan-harapan Anda tentang pernikahan justru menjadi bumerang yang mendatangkan pertikaian. Harapan dalam pernikahan haruslah milik bersama. Bangunlah harapan bersama pasangan. Bagaimana agar Anda berdua bisa hidup secara mandiri. Cobalah saling menguatkan, bukan menyalahkan dan mencari kambing hitam. Itu sebabnya kita memiliki teman hidup, bukan? 

Konsultan: Roslina Verauli



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?