Di era digital ini, tak dapat dipungkiri media sosial sudah menjadi bagian keseharian masyarakat Indonesia. Namun, tanpa disadari, kebiasaan yang terlampaui aktif di media sosial dapat mengurangi waktu kebersamaan dengan pasangan.
Menurut Ajeng, kemarahan sebagai bentuk protes wajar terjadi dalam suatu hubungan. Namun, frekuensi kemarahan yang terlalu sering menyebabkan kerentanan hubungan. Contohnya saat pasangan merasa tidak dihargai keberadaannya karena pria lebih mengutamakan membalas followers-nya satu per satu daripada mendengarkan cerita kekasihnya.
“Jika pasangan sudah adiktif terhadap media sosial, perlu sebuah ketegasan aturan agar komunikasi face to face tidak ada gangguan. Contohnya, membuat kesepakatan hari bebas gadget yang harus dipatuhi,” ujar Ajeng.
Jika mengingatkan tak bisa jadi solusi, mungkin Anda bisa membuat aturan yang lebih ketat, seperti dilarang menyalakan media sosial saat sedang bersama untuk menghindari pertengkaran. Saat makan malam misalnya, semua gadget akan disatukan di sisi meja, dan keduanya dilarang memegangnya.
“Kuncinya ada pada sikap mau menekan ego masing-masing untuk menghargai pasangan. Mereka harus menempatkan diri, tahu kapan dan di mana harus menggunakan media sosial dan kapan harus meletakkan gadget. Ini semua untuk kelangsungan hubungan,” ungkap Ajeng. (f)