Sex & Relationship
Saat Harus Memilih

6 Jan 2014

Ketika berada di persimpangan hubungan akibat kondisi kesehatan pasangan, keputusan yang diambil memang tak hanya berpengaruh pada Anda berdua, melainkan juga keluarga. Maka, relationship coach Indra Noveldy menyarankan, sebelum mengambil keputusan, pertimbangkan dahulu ekspektasi dari orang-orang terdekat.
   
Kita perlu mempertimbangkan cara pandang keluarga inti terhadap kondisi pasangan. Termasuk juga seperti apa ekspektasi keluarga pasangan. “Kalau tidak cukup kuat atau tidak yakin untuk menjalani, jangan menerobos ‘peringatan’ keluarga yang mewanti-wanti untuk tidak melanjutkan hubungan. Jangan-jangan, kita mengukur kemampuan diri sendiri terlalu tinggi. Ingatlah bahwa ada banyak pihak yang harus diyakinkan, yaitu diri sendiri, pasangan, dan keluarga,” Indra mengingatkan. 
   
Indra berpesan agar belajar untuk mengukur kemampuan diri. Hal ini penting, mengingat pasangan akan butuh ditemani dan dirawat dengan kesabaran dan perhatian yang terus-menerus. “Jangan sampai memaksakan diri karena terbawa perasaan, tapi kemudian tidak berani konsekuen dengan keputusan sendiri,” ia mengingatkan.
   
Menurut Indra, seseorang yang belum menikah bebas menentukan pilihan dengan siapa ia ingin menghabiskan sisa hidupnya. Jika keputusan untuk menikah dengan pasangan yang memiliki penyakit berat telah diambil, konsekuensi menjadi kata kunci. Untuk itu, perlu adanya perubahan cara pandang, di mana pernikahan tidak hanya dianggap sebagai kesempatan memiliki pasangan hidup.
   
“Dengan memandangnya sebagai sebuah ibadah, hubungan pernikahan relatif akan lebih mudah dijalani. Jangan malah berpikir, ‘Lantas, kapan giliran saya dibuat bahagia oleh pasangan?’ Kalau prinsip hitung-hitungan seperti ini yang dipakai, menjalani pernikahan akan sangat berat,” papar Indra.
   
Lalu bagaimana bisa terjadi konflik? Namanya dua manusia, tentu tak bisa menghindar dari konflik. Sayangnya, seseorang yang terkena sakit mentalnya lebih mudah jatuh.  “Mereka bisa merasa kurang dipahami, mengasihani diri, atau bahkan di sisi ekstrem, mereka sulit menjadi sosok yang dicintai karena tidak mau dikasihani,” ujar Indra.
   
Indra menegaskan, meskipun boleh jadi sulit, keputusan pada akhirnya tetap harus diambil. Toh, konsekuensi dari pilihan, baik untuk bertahan ataupun melepaskan, akan menentukan masa depan kedua belah pihak yang menjalin hubungan. Apa pun yang menjadi pilihan, keputusan ada di tangan diri sendiri. “Pahamilah bahwa keputusan ini diambil demi masa depan Anda. Memang terdengar egoistis, tapi lihat mana yang lebih baik dan dapat dipertanggungjawabkan di antara dua pilihan yang sulit,” pungkasnya. (f)



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?