Sex & Relationship
Saat Ayah Baru Tak Diterima

24 Jul 2011

Menyiapkan pernikahan kedua (setelah perceraian) memang tidak mudah. Apalagi jika Anda sudang memiliki buah hati. Anda akan menghadapi tantangan ganda. Selain menyiapkan diri untuk pernikahan baru, Anda juga perlu mempersiapkan mental si kecil untuk menerima ayah barunya.

Bukan tidak mungkin anak akan menolak calon suami Anda. ”Penolakan umumnya mulai terjadi pada anak yang berusia lebih dari tiga tahun. Jenis kelamin anak juga berpengaruh pada proses penerimaan. Anak perempuan bisa jadi sangat dekat dengan ibu, sehingga lebih memahami kebutuhan ibunya. Namun, bisa sebaliknya. Kedekatan itu malah akan memunculkan sikap posesif anak. Sedangkan anak laki-laki lebih sering menunjukkan sikap protes, misalnya menghadapi calon ayah barunya dengan wajah cemberut atau bahkan marah,” kata konsultan perkawinan, Adriana Ginanjar.

Menurut Adriana, yang berbahaya adalah jika anak melakukan protes terselubung, karena anak tak mampu mengungkapkan perasaannya. Perilaku itu bisa berupa perubahan emosi pada anak. Anak jadi pemurung, sering bersedih, atau sering ngompol. Bisa juga berakibat pada prestasinya di sekolah. “Jika dibiarkan berlarut-larut, kondisi ini akan membuat anak depresi,” kata Adriana.

Adriana menegaskan, hal terpenting saat anak belum bisa menerima kehadiran calon suami Anda adalah tidak memberikan penjelasan yang sifatnya bohong, hanya agar anak mau mengerti. Apa pun bentuk kebohongan itu, jika kelak diketahui anak, perasaannya akan terluka.

Jika anak menunjukkan sikap tidak setuju, hal terbaik adalah menunggu sampai dia menerima, sambil meminta calon suami untuk tetap berusaha. Namun, peran ibu sebagai ’humas’ tetap diperlukan.

Pendekatan terhadap anak laki-laki dan anak perempuan pun berbeda. Adriana memberi saran, untuk anak perempuan, sebaiknya calon suami menerapkan ‘jurus’ mengobrol, sampai dia merasa dekat. Hadiah-hadiah kecil, misalnya buku cerita atau boneka yang sudah lama diinginkan, bisa menjadi alat pendekatan yang mujarab.

Jika usaha-usaha calon suami belum berhasil, Anda bisa meminta bantuan orang-orang yang dekat dan dipercaya anak. ”Lewat mereka, anak akan mengerti tentang pentingnya kehadiran calon ayah baru, tanpa merasa dipaksa. Anda juga bisa tahu tentang keberatan anak terhadap calon suami,” kata Adriana.

Ibu dan anak sama-sama membutuhkan waktu cukup lama untuk mengatasi trauma pascaperceraian yang mungkin terjadi. Menurut Adriana, masa transisi idealnya dua tahun. Ibu perlu waktu itu untuk mengevaluasi pengalaman perceraiannya. (f)



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?