Sex & Relationship
Mantan Suami Pendendam

12 Oct 2013


Mantan suami saya sangat pendendam. Beberapa bulan setelah perceraian, ia mulai membatasi waktu bertemu saya dengan anak-anak kami yang berusia belasan tahun. Saya khawatir ia juga memengaruhi anak-anak dengan cerita yang menjelek-jelekkan saya. Apakah kekhawatiran saya berlebihan? Secara psikologis, seberapa kerap seharusnya saya bertemu anak-anak untuk menjaga hubungan tetap dekat?

Karen - Bandung

Menurut Psikolog Irma Makarim, keputusan untuk bercerai sepatutnya hanya dilaksanakan kalau jalan keluar lain sudah tertutup,  mengingat ini akan berdampak cukup besar bukan hanya pada pasangan yang bercerai, tetapi juga pada anak. Pasangan yang bercerai perlu memahami bahwa perpisahan ini sepatutnya hanya terjadi antara suami-istri, bukan antara orang tua terhadap anak. Sebaiknya hubungan dengan anak tetap dijaga oleh kedua belah pihak.

Rencana pengasuhan anak harus dipikirkan secara sungguh-sungguh dan ditujukan untuk kepentingan anak, bukan untuk orang tuanya. Anak tidak boleh diperalat untuk menekan,  memojokkan, atau membalas dendam di antara orang tuanya. Dampaknya akan merugikan  semua pihak.

Yang terbaik adalah anak-anak tetap diasuh oleh kedua orang tuanya dengan perjanjian di antara Anda berdua. Bila ini tak mungkin, maka hak asuh anak akan ditentukan  pengadilan. Biasanya,  hak asuh bagi anak-anak yang masih di bawah umur akan dilimpahkan kepada ibunya, kecuali ada alasan tertentu yang tidak memungkinkan hal ini. Anda harus mengetahui dengan jelas, mengapa Anda tak mendapatkan hak asuh ini. Apabila   memang sudah menjadi keputusan bersama, Anda sebagai ibunya, harus tetap bisa mendapat kesempatan untuk menjumpai anak.  Apa pun  yang menjadi kekurangan Anda, hubungan ibu dan anak tak bisa diputus begitu saja.

Bahkan, kondisi ekstrem, seperti ada ketidakmampuan dari Anda baik fisik atau mental untuk mengasuhnya atau keberadaan Anda dianggap bisa membahayakan perkembangan anak, pertemuan ibu dan anak selalu   bisa diatur sesuai kebutuhan atau kalau perlu dihadiri pendamping.  Kalau pertemuan Anda dan anak dibatasi tanpa ada alasan berdasar, Anda harus membicarakan dan menjernihkan hal ini dengan mantan suami.  Anda juga bisa minta bantuan kerabat dekat yang cukup disegani kedua belah pihak. Kalau ini tidak berhasil, Anda bisa berkonsultasi dan meminta bantuan kepada Lembaga Bantuan Hukum di kota Anda.

Menurut Psikolog Monty Satiadarma, perceraian adakalanya berlangsung dengan baik. Tetapi, adakalanya menyisakan kemarahan yang belum tuntas terungkap, sehingga gejolak emosional yang belum terselesaikan itu terungkap melalui pernyataan-pernyataan negatif. Masalah yang Anda kemukakan di sini relatif sulit dijawab singkat, karena frekuensi pertemuan orang tua dan anak idealnya adalah  tiap hari. Akan tetapi, karena kasus perceraian yang juga melibatkan kesepakatan hukum, hal ini tentu harus diselaraskan dengan peluang sesuai dengan kesepakatan yang ada. 

Anda tidak harus cemas berlebihan, jika tindakan Anda memang tidak menyimpang. Anda merasa cemas jika memang ada kesalahan atau penyimpangan, dan itu diketahui orang lain. Sekadar isu dan gosip tidak akan terlalu banyak berpengaruh, jika kenyataan yang ada tidak demikian.

Ada baiknya Anda membicarakan masalah ini dalam konseling psikologis secara pribadi guna membahas lebih rinci, karena hal ini akan membawa dampak kurang baik bagi perkembangan anak-anak di kemudian hari,  selain  perkembangan kesejahteraan hidup Anda sendiri.(f)



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?