Menurut Irma Makarim, sebagian orang lebih menekankan sisi spiritual dari agamanya, di mana mereka menjalankan agama sebagai kebutuhan pribadi dan menekankan pada esensi spiritualnya dalam mendekatkan diri pada yang Mahakuasa. Biasanya mereka mempunyai pandangan yang terbuka mengenai agamanya serta lebih mudah menerima agama yang berbeda dengan yang dianutnya.
Sebagian lagi memandang agama lebih sebagai identitas dirinya dan menekankan pada ritualnya, dan sering kali sulit bagi mereka untuk menerima pandangan dan keyakinan yang berbeda. Tak ada salah atau benar dalam hal ini, karena itu kita perlu saling menghargai perbedaan ini.
Kini semua tergantung bagaimana pandangan Anda dan kekasih dalam melihat perbedaan ini. Yang penting, pahami bahwa masing-masing tidak bisa memaksakan pandangannya pada pasangan. Dalam masa pendekatan ini mungkin Anda berdua bisa membicarakan secara terbuka semua kendala yang dihadapi serta merasakan bagaimana perbedaan agama ini memengaruhi hari-hari Anda.
Bila kedua belah pihak cukup nyaman dan bisa menerima perbedaan ini, mungkin keraguan Anda akan memudar dan Anda siap untuk melangkah lebih jauh. Tetapi, bila Anda belum bisa menerima perbedaan ini atau masih penuh keraguan, Anda tak perlu memaksakan diri. Ini adalah kenyataan hidup yang kita jalani dan tidak perlu disesali karena sekali lagi, tak ada yang salah atau benar di sini.
Sedangkan psikolog Monty Satiadarma berpendapat, Ada pasangan yang mampu mempertahankan hubungan, walaupun berbeda keyakinan. Ada pasangan yang memiliki kesamaan keyakinan, namun tidak mampu mempertahankan hubungan mereka. Ada pula pasangan yang berbeda keyakinan pada mulanya lambat laun menghadapi masalah akibat berbeda keyakinan.
Jadi, walau keselarasan pribadi merupakan aspek utama, keyakinan itu sendiri merupakan bagian dari pribadi masing-masing. Idealnya tentu adalah selaras dalam kepribadian dan selaras dalam keyakinan. Ketika ada ketidakselarasan, apa pun landasannya, maka hal ini harus diupayakan untuk diselaraskan. Jika tidak, cepat ataupun lambat niscaya akan menimbulkan dampak kesenjangan yang bisa berbuntut pada perselisihan. (f)