Akhirnya, setiap kali menemukan masalah dan ketidakcocokan, Anda cenderung kecewa berlebihan. Ini karena Anda sulit menerima kenyataan bahwa cinta tidak selamanya bisa menjadi solusi masalah.
Namun, terlalu mengandalkan logika tanpa melibatkan perasaan, juga bukan jalan keluar yang bijaksana. Karena, Anda berarti harus berpura-pura mencintai seseorang. Jadi, ketika menemukan kendala, dengan mudah Anda akan mencari orang lain. Hal ini bisa terjadi karena kebutuhan emosi Anda tidak dapat dipenuhi oleh kekasih. Anda yang terlalu mengutamakan logika juga cenderung berusaha mengendalikan perasaan. Akibatnya, sulit bagi Anda untuk membuka diri seutuhnya. Padahal, cinta tidak hanya membutuhkan gairah dan komitmen, tapi perlu juga ada kedekatan emosi, yang hanya bisa dicapai melalui keterbukaan.
Setiap kali Anda bimbang, apakah kekasih adalah pilihan yang tepat, cobalah melakukan introspeksi. Bayangkan kekasih Anda tanpa embel-embel status, jabatan, maupun unsur fisik dan materi lainnya. Jujurlah pada diri sendiri, apa benar dia pribadi yang Anda inginkan?
Sering-seringlah melakukan sharing untuk mengetahui karakter asli pasangan. Misalnya, melalui obrolan ringan seputar kebiasaan sehari-hari atau situasi yang kerap dihadapi. Dengan begitu, saat hubungan berlanjut ke pelaminan, Anda merasa lebih mantap menjalaninya. (f)