Sex & Relationship
Ingin Membantu Mencari Nafkah

5 May 2014


Gaji suami saya hanya dapat menutupi kebutuhan sehari-hari. Saya ingin membantunya dengan bekerja di luar, tapi suami melarang dengan alasan suamilah yang memberi nafkah keluarga. Kebutuhan lain makin banyak dan saya bingung harus bagaimana. Saya tidak ingin menyakiti harga dirinya, tapi saya juga khawatir dengan biaya sekolah anak kami. 

Oka - Depok

Menurut Psikolog Irma Makarim, tiap pasangan tentu mempunyai cara mengatur keuangan rumah tangganya. Sebagian mempunyai pandangan lebih terbuka di mana pasangan suami-istri merasa cukup nyaman untuk sama-sama bekerja mendapatkan nafkah untuk keluarga dan mengatur pengeluaran rumah tangga. Pasangan dengan pandangan lebih tradisional mempunyai anggapan bahwa pencari nafkah adalah tanggung jawab suami sepenuhnya.  Apa pun sikap hidup yang dipilih, tentu  semua perlu dibicarakan  bersama dan dari waktu ke waktu, tentunya pasangan perlu bersikap fleksibel untuk menyesuaikan dengan kebutuhan keluarga.
Sayang sekali masih banyak pasangan merasa tidak nyaman untuk membicarakan keuangan rumah tangganya dengan terbuka. Padahal, ini menyangkut segala kegiatan sehari-hari, mulai sandang, pangan, kesehatan, perawatan, hingga pendidikan anak-anak. Untuk bisa memenuhi kebutuhan ini,  Anda berdua perlu membuat rencana bersama  mengatur keuangan. Ini sepatutnya sudah dibicarakan bersama sebelum atau sejak awal perkawinan.
Boleh saja suami berpendapat nafkah keluarga merupakan tanggung jawab suami. Tetapi, ada waktu tertentu di mana ia perlu bantuan. Suami perlu disadarkan akan keterbatasannya dan berbagi dengan pasangan bila memang rumah tangganya butuh pertolongan. Jangan membiarkan sikap suami memengaruhi Anda sehingga Anda tidak berani mengungkapkan kecemasan Anda. 
Anda punya pilihan, terus berkeluh kesah dan mengasihani diri tanpa melakukan sesuatu untuk membantu memperbaiki keadaan, atau bangkit dan memanfaatkan kemampuan Anda untuk ikut aktif mendapatkan nafkah keluarga, sehingga anak bisa mendapatkan pendidikan yang baik. Kalau kehadiran Anda di rumah juga dibutuhkan,   Anda bisa bekerja paruh waktu atau bekerja dari rumah.
Mungkin saja  suami akan berkecil hati atau merasa tersinggung, tetapi ini adalah kenyataan yang perlu dia ketahui. Bukankah pendidikan anak-anak dan kesejahteraan keluarga cukup berharga untuk diperjuangkan bersama-sama. Tekankan bahwa kualitas suami tak akan berkurang, justru kerja sama Anda berdua akan meningkatkan kualitas rumah tangga dan hubungan.

Sedangkan menurut Psikolog Monty Satiadarma, kebutuhan hidup cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Mencukupi kebutuhan hidup bisa dengan menambah pemasukan, bisa dengan mengurangi pengeluaran. Suami istri perlu mencari solusi melalui kesepakatan, dan upaya kerja memang merupakan salah satu kunci pemasukan tambahan. Akan tetapi, jangan jadikan kerja sebagai masalah kelangsungan rumah tangga, karena sesungguhnya kerja merupakan sarana menopang rumah tangga.
Boleh jadi suami keberatan Anda bekerja di luar rumah. Bagaimana halnya dengan mengembangkan usaha bersama di rumah? Ada banyak peluang usaha bisa dikembangkan di rumah, mulai dari berdagang bahan pokok hingga usaha mengembangkan kreativitas.
Bisa dimengerti bahwa Anda khawatir dengan biaya sekolah. Tetapi, selama hal tersebut tidak terlalu mendesak, jangan Anda terlalu pagi untuk cemas. Kekhawatiran cenderung membuat Anda  makin panik dan kurang jernih mencari solusi. Bicarakan bersama suami dari waktu ke waktu bagaimana mengatur lintas keuangan rumah tangga, dan usaha apa yang bisa dikembangkan bersama. Bukan hanya usaha yang bersifat jual beli, bisa juga usaha dalam bentuk jasa.(f)


 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?