Sex & Relationship
Indahnya Kompromi

13 Feb 2015


Lamanya waktu pacaran sepertinya bukan jaminan Anda mengenal luar dalam pribadi pasangan. Selalu saja ada sifat dan kebiasaan yang menjadi kejutan saat memasuki kehidupan rumah tangga. Mungkin  tak hanya kejutan untuk kita, tapi juga kebiasaan kita yang mengejutkan pasangan. Belum lagi, menikahi seseorang berarti menikahi seluruh keluarganya. Di sinilah tantangan kehidupan berumah tangga itu dimulai.

Menurut Elly Nagasaputra, M.K. dari www.konselingkeluarga.com, masa awal pernikahan merupakan proses adaptasi yang tak bisa dihindarkan oleh suami-istri untuk menemukan kehidupan pernikahan yang nyaman untuk kedua belah pihak.
Periode 2-3 bulan perkawinan adalah masa bulan madu di mana segalanya masih terasa indah. Kebiasaan buruk pasangan pun masih bisa kita maklumi. Sama halnya yang terjadi saat masa pacaran. Menurut Elly, selama apa pun masa pacaran, tetap saja hanya sisi terbaiklah yang akan kita tunjukkan. Saat memasuki kehidupan rumah tangga, setelah melewati fase mengalami kesusahan, memiliki anak, bersinggungan dengan mertua, barulah kita benar-benar menjadi diri kita sendiri.
Ditambahkan Elly, orang yang easy going memang memiliki batas toleransi yang tinggi. Karenanya, mereka mengikuti apa yang terjadi dan cenderung menghindari konflik. Namun sebaiknya, jangan biarkan ada lubang ketidakpuasan di hati istri atau suami. Lebih baik komunikasikan daripada berakibat fatal pada rumah tangga.
Sebelum menikah, tiap pasangan wajib memiliki visi misi dan tujuan yang sama. Ini semacam modal untuk menghadapi segala perbedaan yang pasti muncul dalam rumah tangga. “Menjalani pernikahan memang tak mudah, apalagi proses adaptasinya. Namun, dengan tujuan serta visi misi yang jelas dan sudah disepakati, ini menjadi pegangan untuk suami atau istri berkomitmen menjalani pernikahan mereka,” jelas Elly.
Harus diingat, pembicaraan visi misi ini akan menimbulkan keributan dan konflik karena penyesuaian tujuan bersama. Tapi, di sinilah akan terbentuk akar dan fondasi yang kuat dari sebuah hubungan untuk melangkah ke jenjang pernikahan.
Proses adaptasi dalam rumah tangga akan berjalan baik jika komunikasi di antara suami dan istri juga berjalan lancar. Menurut Elly, tak ada salahnya untuk selalu mengomunikasikan perilaku atau sikap dari pasangan yang kurang bisa Anda terima. “Sebisa mungkin  tiap malam ciptakan kebiasaan bed time talk  untuk berbicara dari hati ke hati dengan pasangan. Apa yang membuat Anda kecewa, marah, atau tak nyaman. Lalu tuntaskan, sehingga ‘saldo’ kekecewaan Anda pada pasangan jadi kosong, hati pun jadi plong,” sarannya.
Tak ada aturan baku yang bisa dijalani oleh semua pasangan. Sesuatu yang berlaku untuk satu pasangan belum tentu berlaku untuk pasangan lainnya karena kebutuhan manusia memang berbeda-beda. Awal pernikahan yang penuh dengan konflik dan salah paham jangan dianggap sebagai pertanda buruk. Ini sebuah proses belajar untuk Anda dan pasangan saling mengenal. Dari konflik inilah Anda dan pasangan belajar apa yang tidak disukai dan apa yang disukai pasangan, begitu juga sebaliknya, yang nantinya memperkuat fondasi pernikahan Anda.
Yang perlu diingat, saat menemukan ketidakcocokan, carilah win win solution yang bisa diterima kedua belah pihak. Namun, pastikan ini adalah jalan tengah yang dikompromikan dan disetujui oleh suami dan istri. Jangan sampai kehidupan pernikahan malah membuat Anda kehilangan jati diri dan tak bahagia dengan pernikahan Anda. Seimbangkan hidup antara pribadi dan pernikahan. Minta waktu untuk diri sendiri sehingga saat menjalani kewajiban rumah tangga Anda lebih nyaman melakukannya karena sudah memiliki me time.
Mendapatkan win win solution dalam kehidupan pernikahan memang tak semudah membalikkan telapak tangan. Apalagi dengan dominannya ego masing-masing pribadi. Nikmati saja proses perkenalan ini, jangan malas untuk mengungkapkan perasaan terdalam Anda kepada pasangan.
Saat didera berbagai macam konflik, harus diingat, jalan tengah apa pun yang disepakati adalah hal baik untuk pernikahan, bukan untuk ego masing-masing pihak. Bukan demi siapa atau siapa yang menang, tapi untuk kenyamanan bersama.
(Ayu Widya S.)



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?