Sex & Relationship
Hubungan Tanpa Kepastian

8 Dec 2014


Saya dan kekasih berbeda agama, tapi kami telah menjalin cinta sejak duduk di bangku SMU, 10 tahun yang lalu. Tak ada yang mengira kami bisa bertahan hingga selama ini karena bahkan kami sendiri pun mengira ini sekadar cinta monyet dan akan kandas dengan sendirinya. Justru,  makin lama perasaan kami  makin kuat dan tak ingin terpisah.
Karena kami berniat melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan, maka kami pun mulai berdiskusi mengenai keyakinan kami yang berbeda. Tanpa diminta, kekasih menyatakan dirinya yang akan pindah mengikuti keyakinan saya.
    Hanya, sudah 3 tahun berselang dan ia masih bimbang untuk berpindah keyakinan, sementara usia saya pun makin mendekati kepala 3. Saya mulai resah dan ingin kepastian mengenai hubungan kami. Saya lelah menunggunya. Ketika saya bermaksud mengakhiri hubungan, kekasih malah menuding saya terlalu cepat mengambil keputusan dan curiga ada pihak ketiga. Bagaimana saya harus mengambil keputusan?

Tia - Medan


Menurut psikolog Irma Makarim,memang sangat sulit mengambil keputusan bersama bila salah satu pihak masih memiliki keraguan. Menunda terlalu lama juga  tak bijak karena ini menyangkut keputusan penting dalam hidup Anda berdua. Saatnya untuk melihat dan membicarakan kembali hubungan ini dengan pikiran jernih. Utarakan pada kekasih bahwa keinginan Anda ini bukan karena ada pihak ketiga, melainkan harapan akan masa depan yang lebih jelas. Kejelasan keinginan Anda inilah yang harus diutarakan kepadanya.
    Masalah keyakinan agama tak bisa dipaksakan. Jika kekasih mengutarakan niat dan kesediaannya berpindah keyakinan, Anda bisa membimbingnya dalam proses ini. Namun, bisa saja kekasih tetap bertahan dengan keyakinan lamanya. Ini salah satu risiko yang harus Anda pikirkan. Anda telah berhubungan cukup lama dengannya. Tentu ada alasan kuat untuk itu. Bisa saja alasannya mengulur waktu didasari karena ketidakrelaannya melepas Anda, di lain sisi ia juga tak ingin melepas keyakinannya.
    Bila Anda ingin mempertahankan hubungan ini, Anda harus berjuang. Tanyakan secara terbuka pada kekasih dan kejujuran hatinya. Coba libatkan pihak keluarga juga. Solusi lain, Anda bisa mengurus pernikahan di luar negeri yang memperbolehkan pernikahan beda agama. Meski demikian, pilihan ini tetap memiliki konsekuensi dan Anda berdua harus siap menanggungnya.

Sedangkan menurut psikolog Monty Satiadarma, tampaknya, yang membuat gamang pasangan Anda tak hanya sebatas masalah perbedaan keyakinan. Bisa jadi ia sebenarnya juga belum siap secara mental untuk membina rumah tangga. Pernikahan menuntut perubahan status, tanggung jawab, dan arah yang jelas. Dan, salah satu ciri kedewasaan adalah keberanian untuk mengambil keputusan dan merencanakan masa depan. Jadi, yang ditunggu oleh kekasih Anda sebetulnya adalah proses kedewasaan.
    Anda bisa memutuskan untuk bersabar dan menanggung risiko terjebak dalam penantian yang panjang. Atau, Anda bisa juga mengakhiri hubungan  saat ini juga, bila dorongan untuk berumah tangga sangatlah besar. Saran saya, Anda bisa menunggunya dengan memberi batas waktu yang tegas. Misalnya, satu, dua, atau  tiga tahun lagi. Selama dalam masa penantian itu, Anda bisa membantu menuntunnya menuju proses berpikir  yang lebih dewasa. Caranya lewat komunikasi yang dewasa.
    Utarakan bahwa hidup Anda juga memiliki tujuan. Jika ia tidak bisa menjanjikan tujuan itu, maka Anda seharusnya bisa menentukan arah tujuan hidup Anda sendiri. Ada tidaknya pasangan pengganti nantinya bukanlah masalah. Sebab, Anda tak bisa terus menanti tanpa suatu perubahan.(f)




 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?