Menurut Ajeng Raviando, psikolog dari Teman Hati Konseling, salah cara memutuskan cinta, bisa membuat orang trauma, sebab gagal dalam cinta ternyata memengaruhi kehidupan seseorang, Bahkan, beberapa penelitian menyebutkan, putus cinta dapat merusak fungsi individu dalam kehidupan sosial. Meski demikian, keputusan untuk mengakhiri hubungan sering kali tidak dapat dielakkan, alasannya pun beragam. Yang perlu Anda ketahui adalah bahwa menyatakan putus dengan cara yang tidak sopan bisa menimbulkan trauma. Apalagi kalau hubungan itu sudah cukup mendalam sehingga melibatkan orang-orang di lingkup sosial, seperti keluarga, teman Anda, teman pasangan Anda, dan mungkin rekan kerja.
Putusnya hubungan dengan kekasih sedikit banyak akan berdampak pada hubungan Anda dengan orang-orang tersebut. Alangkah sayangnya jika tali silaturahmi ikut terputus karena buruknya akhir hubungan dengan kekasih. Tapi, Anda begitu emosi, karena merasa dikhianati, atau Anda berusaha keras meyakinkan kekasih bahwa hubungan sudah tidak dapat dipertahankan,
Jaga sikap Anda, hindari cara-cara seperti mengatakan kata-kata kasar, membeberkan segala keburukannya, mencela, melecehkan, bahkan mengancamnya. Bukan tidak mungkin suatu saat segalanya akan menjadi bumerang bagi diri Anda.
Ungkapkan secara terbuka dengan bertatap muka, sama seperti dulu ketika Anda menyatakan cinta kepadanya. Saat menyampaikan, jangan emosi atau terpancing emosi. Keadaan ini rentan terjadi, bila pasangan tidak menerima sikap Anda yang memutuskan hubungan.
Lalu, bagaimana jika pasangan tidak mau menerima? Penolakan, terluka, bahkan benci adalah risiko yang harus dihadapi. Anda hanya berusaha jujur kepada mantan kekasih dan pada hubungan Anda berdua. Kerahkan kepekaan Anda untuk menangkap tanda-tanda yang dia perlihatkan dan siapkan hati untuk berbagai kemungkinan. Kita harus dapat memahami, jika terjadi luapan emosi, tanpa perlu terpancing. Jika pasangan masih tidak terima, mau tidak mau Anda harus bersikap tegas. Ungkapkan dengan jelas alasan keputusan itu tanpa bersikap merendahkan.
Stevy Widia (Kontributor – Jakarta)