Setelah beberapa tahun pacaran, kekasih ingin melamar. Tapi rasanya masih ragu memantapkan hati melihat kekasih kerap mencampuri urusan pribadi. Sikapnya membuat kita bimbang, jangan-jangan setelah menikah ia akan makin mengekang. Memang, saat akan mengambil keputusan menikah, keraguan memang sering kali muncul. Sayangnya, sikap kekasih malah membuat hati ragu. Bisa jadi itu adalah tanda bahwa masih ada yang mengganjal dalam relasi ini.
Menurut Irma Makarim, bila ingin memperbaiki hubungan ini, ungkapkan perasaan Anda, agar kekasih memahaminya. Minta kekasih dengan jujur mengatakan, apa yang sesungguhnya membuat ia ketakutan akan kehilangan Anda sehingga terlalu memonitor pergaulan Anda. Berusahalah untuk meyakinkan kekasih bahwa sikapnya tidak beralasan dan Anda tidak akan mengkhianatinya.
Bila ingin meneruskan hubungan, kita harus membantu kekasih untuk jadi pribadi yang lebih percaya diri. Jika ini tidak juga memberi perbaikan, tanyakan pada diri sendiri, apakah kita sanggup menjalani rumah tangga dengan orang seperti itu?
Sedangkan menurut psikolog Monty Satiadarma, keraguan tersebut jangan-jangan menandakan bahwa kita menikmati sikap kekasih yang penuh curiga. Kondisi ini sering kali terjadi tanpa disadari. Di satu sisi kita merasa resah karena terus-menerus dicurigai, tapi di sisi lain kita merasa bahagia karena merasa diperhatikan.
Mungkin saja, relasi yang sudah terjalin lama, membuat kita sayang untuk mengakhirinya. Tetapi, buat apa melanjutkan hubungan jika itu hanya akan membuat Anda menderita di kemudian hari? Jangan berharap kita dapat mengubah sikapnya, sebab perubahan hanya akan terjadi bila yang bersangkutan memiliki niat untuk melakukannya.
Bisa jadi saja sikap curiga kekasih hanya terjadi selama pacaran, dan akan berhenti setelah menikah. Bila ini terjadi, mungkin kita akan merasa suami tak lagi memperhatikan kita. Cobalah jujur pada diri sendiri, dari mana kemelut ini berasal, jangan-jangan ini justru bersumber dari dalam diri sendiri. (f)
