Sex & Relationship
Dihujani Pertanyaan Keluarga

31 Jul 2013


Belum hadirnya buah hati dalam kelaurga Anda memang terkadang menjadi masalah. Apalagi Anda harus mebghadapi berbagai pertanyaan tentang itu dalam acara keluarga atau kerabat. Dan akhirnya membuat Anda malas mendengar pertanyaan yang sama dari sanak saudara. Menghindar, rasanya tidak mungkin, tapi membuat Anda makin stress dan down tiap kali ditanya hal yang ituitu saja.

Menurut Irma Makarim, apa yang Anda alami adalah masalah klasik yang juga dialami banyak orang. Saat belum mempunyai pasangan, dihujani pertanyaan, “Kapan punya pasangan?”  Setelah punya pendamping, ditanya, “Kapan akan menikah?” Setelah menikah, ditanya, “Kapan akan punya anak?” dan seterusnya.  Maafkan mereka karena mereka tidak menyadari bahwa pertanyaan seperti ini bukan saja  sangat mengganggu, tetapi juga  menimbulkan tekanan.

Sulit untuk mengubah kebiasaan mereka, tetapi Anda berdua bisa memberikan sikap dan reaksi yang berbeda.  Anda perlu memperlihatkan kepada saudara-saudara bahwa Anda berdua merasa sangat terganggu, bahkan tertekan,  tiap kali mendengar pertanyaan ini. Usahakan untuk mengomunikasikan ketidaknyamanan yang Anda rasakan secara terbuka kepada keluarga besar. Tak perlu takut untuk berterus terang bahwa kondisi ini menjadi salah satu alasan Anda berdua enggan berlibur bersama.

Anda akan mendapatkan berbagai reaksi, mulai dari rasa prihatin sampai menghakimi. Jangan terlalu diambil hati, karena kebahagiaan Anda berdua dalam menjalani hidup lebih penting daripada mengurusi komentar orang lain. Liburan sepatutnya bisa dinikmati dan melepaskan kelelahan fisik maupun mental, bukan sebaliknya. Jika Anda berdua masih merasa kurang nyaman, tidak perlu memaksakan diri ikut berlibur bersama keluarga besar.

Monty mengatakan, Anda selama ini menghindari stres dengan membatasi hubungan sosial dalam keluarga. Anda jenuh dengan pertanyaan yang serupa dan mengurung diri karena merasa terancam oleh ragam pertanyaan yang enggan Anda jawab. Jika kondisi ini berlangsung terus-menerus, Anda yang rugi sendiri. Di satu pihak berniat melarikan diri dari kenyataan belum berketurunan, di lain pihak mengurung diri dari lingkungan sosial.

Pasangan yang tidak berketurunan tidak perlu merasa bersalah dan tidak perlu juga merasa kekurangan. Jika orang bertanya mengapa belum berketurunan, Anda bisa menjawab dengan sederhana dan tidak perlu mengembangkan ke arah diskusi berkepanjangan. Misalnya, “Kami belum berpeluang memperoleh anak.” Penanya tentu tidak puas dengan jawaban Anda, tetapi apakah Anda berniat memuaskan mereka? Apa manfaatnya jika mereka mengetahui alasannya atau tidak? Jadi, masalahnya terletak pada bagaimana Anda menyikapi pertanyaan. Jika Anda rasakan sebagai ancaman, maka kondisi tersebut akan berlangsung terus. Oleh karenanya, jangan jadikan pertanyaan sebagai ancaman, dan tidak perlu memberi jawaban untuk memuaskan mereka.



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?