“Tentunya banyak hal yang membuat seseorang terus bertahan, bisa karena kedalaman cinta, kenyamanan, rasa ketergantungan, kenangan masa lalu, sampai perasaan bahwa tidak ada yang bisa menyamai cinta sang mantan kekasih kepadanya. Sejauh mana seseorang dapat bertahan? Ya tergantung ‘beban masalah’, juga kemampuan dalam menyikapi,” tutur psikolog, Kasandra Putranto .
Menurut Kasandra, pada dasarnya kedua kasus ini serupa tapi tak sama. Faktor hubungan jarak jauh, perbedaan kualitas karakter personal, dan faktor godaan yang menjadi penyebab runtuhnya hubungan mereka. Hubungan jarak jauh membuat kesempatan untuk saling mengenal karakter menjadi terbatas. Akibatnya, hubungan berlalu sampai waktu yang panjang (bertahun-tahun) secara kuantitas, tetapi secara kualitas minim. Perbedaan dari dua kasus ini adalah pada faktor penggoda.
“Berdasarkan analisis psikologis, mereka memang tidak cocok satu sama lain, akhirnya mereka terjebak dalam perasaan kecewa atas kegagalan hubungan yang makin besar karena ketidakmampuan mereka memutuskan sejak dini,” jelas Kasandra. Kasandra menambahkan bahwa pada dasarnya manusia memang berubah seiring berjalannya waktu. Mengenal pasangan sejak kecil atau sejak SMA bukan patokan untuk mengenali karakter mereka. “Diperlukan kapasitas rasio yang lebih besar daripada sekadar dorongan hati untuk mengambil keputusan yang tepat di waktu yang tepat,” tutupnya.