Health & Diet
Tetap Sehat Setelah Berjemur di Bawah Sinar Matahari

3 Sep 2016


Foto: Fotosearch


Buat anak pantai—para diver, dkk—berjemur, tuh, agenda wajib. Begitu pula bagi kita pecinta liburan di pantai. Tanpa niat berjemur pun biasanya tanpa sadar kulit sudah menghitam karena keasyikan main pasir atau air laut. Agar hobi kita ini tetap bikin happy, waspadai sinar matahari, yuk. Berikut hasil konsultasi dengan Dr. Dewi Inong irana, SpKK, ahli dermatologi yang berpraktik di RS Restu Kasih.


Waktu tepat berjemur

Beruntung, nih, pigmen kulit setiap bangsa berbeda-beda, tergantung dari daerah tempat tinggalnya. Semakin panas suatu daerah, pigmen kulit semakin cokelat sebagai perlindungan kulit terhadap efek buruk sinar matahari.

Oleh karena itulah, kulit sebenarnya sudah memiliki perlindungan sendiri terhadap sinar ultraviolet. Namun, kita tetap nggak bisa sembarangan membiarkan kulit terus terpanggang. Ketika kulit ‘dipaksa’ semakin menghitam justru bisa menghilangkan perlindungan pada kulit. Sinar ultraviolet yang masuk akan langsung berubah sifat menjadi kanker. Begitu pun ketika kulit putih dengan kadar melamin yang berbeda dipaksakan untuk berubah cokelat. Hmmm, mulai bisa dibayangkan, kan, betapa bahayanya tanning.

Tentu saja, berjemur matahari nggak selamanya memberikan efek buruk. SInar matahari yang menghasilkan vitamin D berguna untuk kekuatan tulang. Nggak hanya itu, sinar matahari juga bisa berfungsi sebagai antidepresi alami. Asal, kita pintar-pintar mengatur waktu berjemur.

“Untuk merasakan efek baik sinar matahari, berjemurlah sebelum pukul 09.00 selama 20 menit. Selebihnya, matahari pukul 09.00-16.00 justru merusak kulit dan meningkatkan risiko penyakit kanker kulit. Bagian tubuh yang dijemur pun hanya pada wajah dan tangan, karena tangan sudah mencakup 10% dari ruas tubuh untuk memenuhi vitamin D,” jelas Dr. Dewi Inong.


Gunakan perisai

Intensitas matahari di Indonesia yang cukup tinggi nggak berarti lantas bikin kita parno. Ada beberapa cara tepat untuk menangkal efek buruk sinar ultraviolet.

-Gunakan sunblock
Tabir surya menjadi perlindungan pertama ketika kita mekakukan kegiatan outdoor. Untuk kulit di Indonesia, sunblock yang mengandung SPF 15 sudah cukup ampuh untuk menangkal gayangnya matahari. Tapi, kalau kulit lebih putih bisa gunakan SPF yang lebih tinggi. Perhatikan juga kandungan dalam tabir surya. Pilihlah yang dapat menyaring UVB dan menangkal UVA. Untuk kulit kerit, gunakan sunblock kemasan krim atau lotion. Sedangkan untuk kulit berminya dan cenderung berjerawat, kemasan sunblock dalam bentuk gel adalah pilihan tepat.

- Aksesori pelindung matahari
Pakaian jadi salah satu pelindung aman tanpa perlu repot terus mengoleskan krim. Ini alasan pengunjung pantai di Australia diqajibkan berpakaian tertutup. Bahkan, kini sudah banyak pakaian yang dilengkapi anti-UVA dan UVB. Atau, kita juga bisa menambahkan topi dan kacamata yang memang memberikan perlindungan terhadap sinar UVA dan UVB


>Lebih tepat menggunakan sunblock: 
Banyak orang salah dalam menggunakan tabir surya sehingga manfaatnya kurang maksimal pada kulit. So, sebelum mengoleskan sunblock, baca rambu-rambunya dulu, ya.
- Olesakan sunblock sekitar 30-60 menit sebelum beraktivitas. Kurang dari waktu tersebut, sunblock nggak akan bekerja maksimal.
- Setiap dua jam sekali, lakukan ulang pemakaian sunblock. Terlebih jika tubuh berkeringat dan terkena air.
- Kita nggak perlu mengoleskan kembali sunblock kalau sudah menggunakan makeup yang mengandung SPF 15. Tapi, kita perlu mengoleskan sunblock jika makeup hanya dalam jumlah sedikit atau sudah cukup lama.

>Sinar paling ganas
Sebelum mandi matahari, setidaknya kita perlu tahu bahwa sinar ultraviolet mengandung tigas jenis sinar yang memiliki dampak berbeda bagi kulit, yaitu:
- Sinar UVA. Dalam sinar ultraviolet terkandung sekitar 95% energi ini. Sinar UVA memang nggak menyebabkan kulit terbakar, tapi dampaknya bisa berlangsung lama. Terpaan UVA terus-menerus bisa menyebabkan penuaan, hiperpigmentasi, dan kanker kulit. Radikal bebas yang diaebarkan UVA beredar di seluruh tubuh sehingga membuat penyakit makin parah. 
- Sinar UVB. Menembus lapisan epidermis dan dermis sehingga meninggalkan efek terbakar dan kerutan di atas lapisan kulit luar. Dalam jangka waktu lama, sinar UVB bisa menyebabkan kanker.
- Sinar UVC. Sinar inilah yang paling kuat dan berbahaya. Gelombangnya masuk hingga ke kolagen dan berisiko menimbulkan kanker. Sebenarnya UVC nggak bisa mencapai permukaan bumi, karena tersaring lapisan ozon. Namun, semakin menipisnya lapisan ozon membuat sinar UVC ini pun masuk hingga ke permukaan bumi. Waspadalah! 

>Sedikit tentang kanker kulit...
Sebelum terlambat, kenali dulu penyakit kanker ini.
- Jenisnya:
Kanker kulit memiliki tiga jenis:
1. Basal Cell Carcinoma, sel basal di bawah lapisan kulit terluar. Sel kanker ini nggak menyebar ke sel lain. Banyak orang Indonesia mengidap kanker jenis ini.
2. Squamous Cell Carcinoma, muncul di area yang terpapar langsung sinar UV.
3. Melanoma, jenis kanker kulit paling berbahaya dan muncul di bagian bawah epidermis. Orang-orang dengan ras Kaukasoid banyak mengidap jenis kanker ini," ujar Dr. Dewi.

- Tanda-tandanya:
Kanker kulit berawal dari bintik hitam di tangan, kaki, atau di bawah kuku, tahi lalat yang terasa gatal, atau luka yang nggak kunjung sembuh.

- Pengobatannya:
Jika terbukti mengidap kanker kulit akan dilakukan pengangkatan jaringan kanker secara komplet atau dengan tindakan penyinaran. Metode lain yang bisa digunakan untuk penyembuhan, yaitu bedah beku, bedah listrik, laser, fotodinamik, dan obat-obatan yang dioleskan. (f)
 


Topic

#sinarmatahari

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?