Foto: Fotosearch
Secara teori, yang disebut maraton adalah nomor lari dalam cabang atletik yang menempuh jarak 42,195 km (atau 26 mil dan 385 yard). Begitu kata dr. Phaidon Toruan. Lomba lari jarak jauh ini biasanya diadakan di jalan raya. Nomor ini sudah dipertandingkan sejak Olimpiade 1896, tapi jaraknya baru dibakukan pada 1921.
“Sebetulnya ini berbeda dari lari jarak jauh yang sekarang juga suka disebut maraton. Ada beberapa versi lomba lari jarak jauh: versi 5 km, 10 km, dan 26 km. Tapi, ini bukan maraton. Intinya, yang disebut maraton itu dari garis Start sampai Finish jaraknya 42,195 km,” kata dr. Phaidon.
Ia melihat, lari jarak jauh ini memang banyak sekali peminatnya. Bahkan, sampai ada yang usianya sudah mencapai 100 tahun pun masih lari! Contohnya, kakek Buster Martin (101) yang ikut London Marathon 2008 dan mampu menyelesaikan dalam waktu 5 jam 13 menit. Atau, Helen Klein (85) yang tiba di garis Finish dalam 5 jam 49 menit pada California International Marathon 2007.
Jadi, apakah itu berarti siapa pun boleh ikut maraton? “Semua orang yang kondisi fisiknya sehat, boleh ikut. Tapi, agar bisa menyelesaikan lomba, memang harus ada persiapannya,” tegas dr. Phaidon.
Nah kalau seperti kita-kita ini yang nyaris tak punya waktu buat olahraga, apalagi menyiapkan waktu khusus untuk training, apakah kuat kalau berlari sampai ke garis Finish? Sebenarnya kalau tiba-tiba di tengah jalan kita tidak kuat lagi berlari, kita, sih, boleh saja istirahat dulu. Tergantung niat kita, mau menang atau tidak.
“Kalau ingin jadi juara, sih, rasanya nggak akan menang kalau istirahat dulu di tengah jalan. Tapi, kalau untuk sekadar fun, sih, boleh-boleh saja. Sebaiknya istirahat itu bukan berarti berhenti total, melainkan tetap berjalan kaki. Kalau sudah benar-benar tidak kuat, lebih baik berhenti saja. Karena, memaksakan diri justru akan jadi tidak kuat, karena sesak napas. Mungkin tidak disadari ada masalah dengan jantung, atau kapasitas paru-paru belum optimal. Marathon itu sangat berat. Kondisi badan harus benar-benar fit dan bugar,” tutur dr. Phaidon. (f)
“Sebetulnya ini berbeda dari lari jarak jauh yang sekarang juga suka disebut maraton. Ada beberapa versi lomba lari jarak jauh: versi 5 km, 10 km, dan 26 km. Tapi, ini bukan maraton. Intinya, yang disebut maraton itu dari garis Start sampai Finish jaraknya 42,195 km,” kata dr. Phaidon.
Ia melihat, lari jarak jauh ini memang banyak sekali peminatnya. Bahkan, sampai ada yang usianya sudah mencapai 100 tahun pun masih lari! Contohnya, kakek Buster Martin (101) yang ikut London Marathon 2008 dan mampu menyelesaikan dalam waktu 5 jam 13 menit. Atau, Helen Klein (85) yang tiba di garis Finish dalam 5 jam 49 menit pada California International Marathon 2007.
Jadi, apakah itu berarti siapa pun boleh ikut maraton? “Semua orang yang kondisi fisiknya sehat, boleh ikut. Tapi, agar bisa menyelesaikan lomba, memang harus ada persiapannya,” tegas dr. Phaidon.
Nah kalau seperti kita-kita ini yang nyaris tak punya waktu buat olahraga, apalagi menyiapkan waktu khusus untuk training, apakah kuat kalau berlari sampai ke garis Finish? Sebenarnya kalau tiba-tiba di tengah jalan kita tidak kuat lagi berlari, kita, sih, boleh saja istirahat dulu. Tergantung niat kita, mau menang atau tidak.
“Kalau ingin jadi juara, sih, rasanya nggak akan menang kalau istirahat dulu di tengah jalan. Tapi, kalau untuk sekadar fun, sih, boleh-boleh saja. Sebaiknya istirahat itu bukan berarti berhenti total, melainkan tetap berjalan kaki. Kalau sudah benar-benar tidak kuat, lebih baik berhenti saja. Karena, memaksakan diri justru akan jadi tidak kuat, karena sesak napas. Mungkin tidak disadari ada masalah dengan jantung, atau kapasitas paru-paru belum optimal. Marathon itu sangat berat. Kondisi badan harus benar-benar fit dan bugar,” tutur dr. Phaidon. (f)
Topic
#larimaraton
