Health & Diet
Melawan Lupa Bersama Orang Dengan Demensia Alzheimer

21 Sep 2018


Foto : Dok. @nickkarvounis unsplash.com
 
Bicara tentang Alzheimer tidak bisa terpisahkan dari demensia, dan sebaliknya. Demensia adalah gangguan kerja otak yang memengaruhi ingatan, proses berpikir, perilaku, dan emosi manusia. Menurut Alzheimer Disease International (ADI), setidaknya ada 10 jenis demensia, dan sekitar 50% - 60% penderita demensia menderita jenis demensia yang disebut Alzheimer.
 
Berdasarkan data The World Alzheimer Report 2009, biaya yang dikeluarkan untuk merawat penderita Alzheimer di Asia Pasifik adalah senilai Rp600,4 miliar. Jumlah ini  lebih tinggi dari perawatan terhadap pasien malaria, tetanus, atapun kanker payudara. Biaya ini bersumber dari tingginya tingkat ketergantungan penderita terhadap orang lain, perubahan tingkah laku sosial dan psikologis, pendampingan khusus oleh perawat yang kompeten, serta pengobatan medis. 
 
Menurut Dr. dr. Martina W.S. Nasrun SpKJ (K), Psikiater Konsultan Usia Lanjut RSUPN Cipto Mangunkusumo, demensia terutama disebabkan oleh sel-sel otak yang mati atau mengecil, sehingga otak tidak dapat berfungsi normal. Penyebab matinya sel tersebut bisa bermacam-macam. Jenis demensia vascular (kematian sel karena otak kekurangan oksigen) misalnya, bisa disebabkan oleh stroke. Namun, untuk demensia jenis Alzheimer penyebabnya masih belum ditemukan. Sejauh ini, hanya diketahui adanya ketidakseimbangan protein yang menyebabkan sel otak berhenti bekerja.
 
MHENS (School for Mental Health and Neuroscience) memprediksi bahwa penderita Alzheimer yang pada tahun 2010 berjumlah 36 juta, akan melonjak menjadi 66 juta orang pada tahun  2030, dan 115 juta pada tahun 2050. Orang-orang yang berusia lanjut adalah mereka yang paling berisiko terkena Alzheimer. Setelah manula, orang-orang yang mengidap kolesterol tinggi, depresi, diabetes melitus, stroke, dan tekanan darah tinggi adalah golongan yang juga berisiko.
 
Gaya hidup adalah faktor utama yang dipercaya menjadi pencetus Alzheimer. Kebiasaan minum alkohol, tekanan dan stres terus-menerus yang dapat juga berujung pada depresi  dapat membuat seseorang lebih berisiko terkena Alzheimer. Stres dapat memengaruhi keseimbangan nutrisi yang diterima otak.
 
Menurut Direktur Eksekutif Alzheimer’s Indonesia, DY Suharya, cara utama membentengi diri dari Alzheimer adalah menjaga kesehatan fisik dan mental, selain membekali diri dengan pengetahuan akan penyakit ini.
 
“Mengelola stres dan emosi serta menerapkan pola makan sehat akan membuat tubuh dan otak lebih prima,” ujar DY. Anda juga perlu berolahraga teratur demi memperlancar aliran darah ke otak. Meningkatkan kapasitas cadangan otak dengan menyeimbangkan kinerja otak kanan dan kiri juga dapat menjaga otak tetap aktif. Selain itu, terus berkegiatan secara aktif dan mandiri, terutama bagi para lanjut usia, dipercaya menyehatkan fisik dan mental.
 
Sementara, pengobatan yang dilakukan sedini mungkin pada orang yang sudah didiagnosis mengidap Alzheimer dapat membuat pasien tetap bisa melakukan kegiatan sehari-hari seperti biasa. Penurunan daya ingat, fokus, dan perilaku dapat diperlambat. Namun, pengobatan hanya akan bersifat sementara dan tidak serta-merta menghentikan penyakit. Pengobatan secara medis harus dikombinasikan dengan perawatan lain, seperti terapi musik, terapi nutrisi, dan terapi hormon.
 
Sangat penting bagi keluarga yang hidup bersama dengan penderita Alzheimer untuk memenuhi kebutuhan fisik serta non-fisik yang bersangkutan. Kebutuhan fisik dapat dipenuhi dengan bantuan untuk melakukan kegiatan sederhana sehari-hari, seperti membersihkan diri, berpakaian, makan. Sementara, kebutuhan nonfisik seperti suasana gembira, dihargai dengan tidak membicarakan penderita di depannya, ditemani, dimaklumi, diperhatikan, akan membuatnya bersemangat dan lebih tidak emosional.
 
Di sisi lain, hal yang  wajar bagi keluarga penderita untuk merasa sedih, marah, malu, terbebani. Karena itu, selain berbagi tugas, Dr. Martina menyarankan anggota keluarga untuk berbagi perasaan dan pemikiran dengan orang-orang di sekitar, terutama dengan sesama anggota keluarga atau perawat penderita Alzheimer. Mereka juga harus memahami bahwa mereka memiliki keterbatasan dan harus tetap berusaha menyediakan waktu untuk diri sendiri. (f)

Artikel ini sebelumnya tayang di Femina Edisi 44 Tahun 2013. Penulis: Lucia Priandarini ​

Baca Juga: 

Indonesia Menjadi Panutan Dalam Meningkatkan Kesadaran Penyakit Alzheimer
Cara CERDIK Cegah Alzheimer

Klinik yang Memahami Kebutuhan Lansia Makin Dibutuhkan

Faunda Liswijayanti


Topic

#alzheimer, #demensia

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?