Health & Diet
5 Pertanyaan Yang Paling Banyak Diajukan Orang Tua Tentang Vaksin Palsu dan Apa Yang Harus Dilakukan Para Orang Tua

27 Jun 2016


Foto: Fotosearch


Keberadaan obat palsu sudah lama kita dengar. Baru-baru ini, terbongkarnya jaringan pembuat dan pengedar vaksin palsu, telah menimbulkan keresahan dan menuai kecaman dari banyak pihak. Terutama, bagi para orang tua yang memiliki anak bayi dan balita, yang masih membutuhkan vaksin untuk buah hatinya. Sebab, taruhannya kesehatan dan masa depan bayi.

Tak sedikit yang bertanya-tanya, "apakah vaksin yang didapat anak saya asli atau palsu?", "ke mana mendapatkan vaksin yang terjamin keasliannya?”, dan sederet pertanyaan lainnya. Mengenai polemik vaksin palsu ini, dr. Arifianto, dokter spesialis anak dan penulis buku Pro Kontra Imunisasi, menjawab lima pertanyaan yang paling banyak diajukan oleh para orang tua.

1/ Apa yang harus dilakukan orang tua untuk memastikan bahwa vaksin yang diberikan ke anak adalah vaksin yang resmi?

Orang tua punya hak untuk  bertanya ke siapa pun yang memberi vaksin, baik dokter, bidan, posyandu, puskesmas atau praktik swasta. Tanyakan ke mereka tentang merek dan jenis vaksin. Mereka harusnya bisa menunjukkan kemasan vaksin, nomor lot atau nomor batch. Biasanya, pada kemasan vaksin ditempel stiker yang tertera merek dan nomor lot serta tanggal kadaluwarsa. Orang tua berhak tahu produk vaksin yang didapatkan, nomor batch/lot-nya, tanggal kedaluwarsa, dan VVM-nya.

VVM (Vaccine Vial Monitor) bisa menjadi indikator apakah vaksin tersebut masih layak pakai atau tidak. VVM adalah alat pemantau paparan suhu panas, yang fungsinya untuk memantau suhu vaksin selama dalam perjalanan maupun dalam penyimpanan. VVM ditempelkan pada setiap vial vaksin. Hal ini penting diketahui, jika terjadi sesuatu, bisa dilacak dari kemasannya.

2/ Jenis vaksin seperti apa yang ditemukan palsu?

Pemberitaan yang ada sejauh ini menerangkan vaksin-vaksin yang dipalsukan tersebut adalah buatan dalam negeri (PT Bio Farma), bukan vaksin impor. Vaksin yang diberikan di institusi pemerintah diedarkan melalui distribusi yang terstandarisasi. Jalur distribusi itu dari Dinas Kesehatan pusat ke Provinsi, lalu ke dinas kota dan Puskesmas. Semua tercatat rapi. Kalau orang tua mendapatkan vaksin dari puskesmas dan posyandu, seharusnya bisa lebih tenang. Jika mendapatkan vaksin dari tempat lain, ada baiknya menanyakan siapa distributornya.

3/ Di mana tempat-tempat yang rawan vaksin palsu?

Hal ini masih menunggu rilis data resmi dari kepolisian. Yang saya sayangkan adalah pihak berwenang, khususnya kepolisian, belum mengumumkan hasil final dari investigasi mereka, tapi media-media terus mengulang-ulangnya, dan menimbulkan berbagai asumsi dan prasangka di masyarakat. Adakah korban dari vaksin palsu? Berapa banyak? Mana saja RS dan klinik yang menjadi pelanggan tetap produk berbahaya ini? Berapa perkiraan jumlah dosis vaksin yang sudah beredar? Ke seluruh Indonesia atau hanya beberapa tempat saja? Seharusnya pihak yang berwajib segera mempublikasikan jalur peredaran vaksin palsu agar masyarakat tidak resah dan membuat asumsi sendiri.    

4/ Perlukah balita mendapat vaksin ulang? Sesuai anjuran dari Menteri Kesehatan Nila F Moeloek, bayi yang mendapat suntik vaksin palsu sebaiknya mengulang pemberian vaksin? Namun jika ternyata vaksinnya asli, apakah ada efeknya jika kelebihan dosis?

Pemberian vaksin boleh diulang jika tidak yakin apakah vaksin yang diberikan asli atau tidak, selama usianya masih dalam masa anak membutuhkan vaksin tersebut, yakni di bawah lima tahun. Untuk pemberian vaksin, kalau kelebihan dosis tidak apa-apa. Yang ditakutkan justru kalau kurang, efek proteksinya tidak didapatkan. Itu yang bahaya.

5/ Bagaimana jika vaksin yang diberikan sebelumnya ke anak ternyata palsu?  

Sejauh ini, belum ada laporan resmi dari pihak berwajib mengenai korban vaksin palsu. Tujuan pemberian vaksin adalah agar anak-anak tidak terkena penyakit fatal yang bisa berujung pada kematian, seperti campak, tetanus, difteri, pertusis, dan lainnya. Vaksin pun telah terbukti memusnahkan penyakit cacar (bukan cacar air, ya) dari muka bumi di tahun 1977, dan disusul oleh polio saat ini. Maka, berkurangnya jumlah orang yang mendapatkan vaksin, berdampak memunculkan kembali wabah penyakit berbahaya, dan bisa meningkatkan angka kematian! Jika anak kedapatan diberi vaksin yang ternyata palsu, tentu tidak akan mendapat efek memberi perlindungan sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit tertentu. (f)


 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?