Health & Diet
4 Cara Melatih Otak Kanan Agar Tidak Cepat Pikun

17 Jul 2016


Foto: Fotosearch

Tak hanya otot yang bisa kuat, otak pun jika diasah bisa jadi lebih kencang. Memori  makin baik, daya tangkap pun cepat. Anda pun terhindar dari julukan ’Miss Pikun’ atau ’lemot’ (lemah otak)
Menurut dr. Anggiat Siregar, Sp.S, ahli saraf dari RS Setia Mitra, Jakarta, banyak latihan bersifat fun yang bisa dipilih untuk mengasah kemampuan  otak. Apa saja latihannya?
 
Tidak Boleh ’Jomplang’
Secara sederhana, otak bisa dibagi menjadi tiga bagian: otak besar, otak kecil, dan batang otak. Dalam otak besar ada dua bagian, yaitu bagian otak kanan dan kiri. Namun, secara tidak sadar, otak kanan sering dianaktirikan. Maklum, otak kiri adalah ‘rumah‘ dari kemampuan bahasa, analisis, logika, sampai berhitung. Jadi, otak kanan yang merupakan ‘rumah’ dari kreativitas dan naluri, kurang dilirik. Otak kanan memang mewakili cara berpikir non-verbal, seperti perasaan dan emosi, kesadaran spasial, penggunaan bentuk dan pola, musik, seni, kepekaan warna dan visualisasi. Padahal, menurut dr. Anggiat,  seseorang yang memiliki karier cemerlang, biasanya tak hanya jenius dalam urusan akademis. Dia juga harus andal menyumbang  ide-ide kreatif. Karena itu, dr. Anggiat mengimbau untuk melakukan latihan otak yang seimbang untuk memaksimalkan kerja otak kiri dan kanan.
            Nah, untuk memaksimalkan kemampuan otak kanan disarankan melakukan aktivitas berikut ini.
 
1/ Bermain alat musik
Musik apa pun merupakan stimulan yang ampuh untuk membuat Anda tenang atau memberikan dorongan semangat. Karena itu, bermain gitar, drum, atau piano menjadi aktivitas yang fun. Selain itu, dengan bermain musik, hippocampus (bagian dari otak yang memegang peranan penting dalam memori) akan berkembang. Hal ini mengurangi risiko Anda terkena penyakit alzheimer.
 
2/ Menggambar atau menulis coret-coretan warna-warni
Walaupun simpel, kegiatan di atas merangsang fungsi otak kanan, yaitu mengenal bentuk dan warna.  Daya ingat berkembang hingga budi pekerti pun terasah. Memang, pada dasarnya menggambar mempekerjakan seluruh otak dan memicu hubungan emosi. Kalau kegiatan menggambar Anda rasa terlalu ribet dan menyita waktu, juga bukan masalah.
Otak kanan pun akan bahagia jika Anda memberinya ’olahraga santai’, seperti menandai dengan stabilo bagian-bagian penting di buku dengan warna-warna ngejreng. Warna-warna yang menarik akan mengaktifkan kerja otak kanan yang imajinatif, sehingga kedua belah otak kita bisa bekerja secara kongruen.
 
3/ Bermain basket
Selain meningkatkan kerja sama antarsesama pemain, olahraga basket juga kaya manfaat dalam menempa otak kanan. Menurut dr. Anggiat, saat melempar bola ke ring, otak kanan sibuk mengukur untuk ketepatan ’menembak’ bola. Gerakan lain yang ikut berkontribusi adalah men-dribble dan mengoper bola ke teman. Saat men-dribble, seorang pemain tidak melihat bola. Artinya kemampuan pengenalan ruangnya bekerja.
            Begitu juga saat dia mengoper bola, artinya dia harus mampu memprediksi ruang gerak teman, dirinya, dan bahkan mengenal keseluruhan lapangan agar mengoper bola tidak ngaco. Semua kegiatan di atas mampu mengasah naluri.
 
4/ Membaca buku fiksi
Saat melahap buku fiksi, Anda bak diajak ’bertualang’  ke dunia lain. Otak pun bak dimanjakan karena bebas berfantasi dan berimajinasi tanpa mengenal batas. Ternyata, kenikmatan ini juga bermanfaat untuk mendongkrak produktivitas otak kanan. Otak kanan tak lagi cemburu dengan otak kiri yang selalu aktif, karena sisi-sisi kreativitas yang kerap terlelap ikut terbangun.
            Semua latihan di atas baru efektif jika dilakukan secara kontinu. Sebaiknya sempatkan waktu 2 kali dalam seminggu untuk ’belajar bersama’ dengan otak. Untuk hasil yang maksimal, memaksakan diri untuk serius bukanlah jawabannya. Otak justru akan happy dan terangsang jika latihan dilakukan secara santai.
            Tapi, bagaimana bila latihan untuk otak kiri dan kanan sudah rajin, tapi, kok, otak masih juga telat? Menurut dr. Anggiat, latihan di atas juga harus didukung  gaya hidup yang sehat, yaitu makanan bergizi seimbang, istirahat cukup, dan bersosialisasi. ”Makanya, mereka yang kuper dan malu berkomunikasi dengan orang lain, sulit berkembang. Otak baru akan ’tersetrum’ jika ada interaksi dan komunikasi  dengan orang lain,” ujarnya. (f)


Topic

#TipAwetMuda

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?