Gadget
Belajar Agama Lewat Digital, Cara Membangun Solidaritas Kemanusiaan

12 Jan 2018


Foto: Dok. Play Store
 
Teknologi informasi terus berkembang dan aplikasinya terus merambah ke berbagai sisi kehidupan manusia, termasuk dalam kehidupan beragama. Bagaimana teknologi mengambil peranan di ranah ini dan pengaruhnya pada kehidupan beragama di era ini?

Ranah digital pun makin ramai dengan aplikasi dan chat grup yang dibentuk berbagai kelompok rumah-rumah ibadah. Bagi umat Islam misalnya, ada aplikasi MuslimPro yang cukup populer. Aplikasi berisi informasi waktu salat, berbuka puasa, arah salat, surat pendek, hingga doa sehari-hari ini telah diunduh jutaan orang dari seluruh dunia.


Sedangkan aplikasi Masjidku, menaungi beberapa masjid, berisi informasi yang diperlukan jemaah, seperti arah kiblat, jam salat, dan waktu sahur/berbuka pada bulan Ramadan.

Kini, di YouTube, kita juga bisa dengan mudah menemukan ribuan ceramah dan wejangan religi dari pemuka-pemuka agama dan kepercayaan. Teknologi informasi memang telah menjadi perpanjangan corong rumah ibadah untuk menjangkau umat dalam wilayah yang lebih luas. 

Menurut Mohamad Syafi’ Ali, Direktur NU Online, yang biasa disapa Savic Ali, perkembangan teknologi yang terjadi kini di ranah agama harus diterima dengan tangan terbuka. “Berdasarkan perkembangan terakhir, makin banyak kiai Nahdlatul Ulama (NU) yang mulai memanfaatkan teknologi untuk dakwah dan pengajian. YouTube dan fitur live streaming Facebook menjadi pilihan mereka dan para santri muda yang mempersiapkannya.

Ramadan lalu, ada lebih dari 100 kiai melakukan live streaming mengaji, baik lewat Facebook, YouTube, ataupun platform Android yang saya dan kawan-kawan kembangkan: NUtizen,” ujar Savic.

Di sisi lain, masyarakat pun menanggapinya dengan positif. Live streaming pengajian di YouTube angka viewers-nya bisa mencapai puluhan ribu orang. Bahkan, video-video tentang keislaman di YouTube banyak yang tembus ratusan ribu penonton.

“Secara umum para ulama dan kiai terbuka dengan dakwah online, karena mereka semua sudah menjadi pengguna teknologi. Mereka sedang membiasakan penggunaan teknologi untuk dakwah yang buat mereka belum menjadi kebiasaan. Yang pasti, ada kesadaran untuk melakukannya, tapi ketidaktahuan teknis atas teknologi (terutama audio-visual) membuat masih sedikit ulama NU yg berdakwah lewat online,” papar pria pendiri ISLAMI.co ini.

Melihat dari pidato Paus Franciscus yang berjudul Communication and Mercy – A Fruitful Encounter, dalam rangka Hari Komunikasi Sedunia, awal tahun 2016, pemimpin umat Katolik ini seperti memberi lampu hijau dan dukungan masuknya teknologi digital ke dalam gereja. Setidaknya untuk berkomunikasi dan menyebarkan ajaran, dari platform yang paling sederhana seperti grup-grup chat dan media sosial.

Seperti dikutip dari w2.vatican.va, Paus menyebutkan, surat elektronik, pesan elektronik, media sosial, dan ruang perbincangan digital dapat berfungsi sebagai komunikasi antarmanusia yang sesungguhnya. Komunikasi yang autentik tidak ditentukan apakah menggunakan teknologi atau tidak, tapi pada hati dan kapasitas kita untuk menggunakannya secara bijak.

Menurut rohaniwan Katolik yang juga pengamat sosial, Benny Susetyo, kemajuan teknologi bisa membantu umat melewati batas-batas. “Teknologi digital juga bisa membangun solidaritas kemanusiaan. Paus pun berkali-kali mengingatkan bahwa fungsi dari media sosial adalah untuk mengusung nilai-nilai kemanusiaan, bukan sebaliknya,” ujarnya.

Dalam kacamata positif, menurut Romo Benny, kemajuan teknologi digital, seperti memberi sumbangan menggunakan kartu bank atau situs web, dapat membuat lembaga gereja lebih transparan dalam menelusuri sumber dan pengelolaan dana. Sementara internet menjadi ruang belajar yang sangat luas, termasuk dalam menambah ilmu keagamaan.

“Kita bisa menanamkan nilai-nilai solidaritas, kemanusiaan, dan mendapat nilai tambah berupa pengetahuan. Internet membuat kita lebih mudah belajar agama. Vatikan memiliki perpustakaan digital yang bisa diakses oleh masyarakat. Kita juga bisa mendengarkan misa di mana saja berkat teknologi digital. Saya juga memiliki kitab digital dalam telepon genggam saya,” ujarnya.

Kelebihan belajar agama lewat online, menurut Savic, terasa lebih personal. Karena seseorang bisa mencari tahu apa yang ia inginkan secara spesifik. Ada jutaan sumber online dari artikel, video, hingga audio, yang memudahkan hidup saat seseorang mencari sebuah topik dan ingin mendalaminya. Ibarat perpustakaan, internet menjadi samudra pengetahuan yang mudah dan murah buat siapa pun untuk mengaksesnya.

Savic tidak setuju dengan pendapat bahwa belajar agama lewat internet mengurangi keafdalan. “Justru sebaliknya. Banyaknya materi di online yang mudah diakses membuat kita makin aktif mencari pengetahuan yang seolah tak berujung,” ujarnya. (f)

Baca juga:

Lewat Aplikasi, Belajar Agama dan Ibadah Makin Mudah Karena Bisa Diakses Dari Mana Saja
Teknologi untuk Ibadah, Ini Aplikasi Pilihan Sahabat Femina
 


Topic

#gadget, #solidaritas, #kemanusiaan, #kesalehansosial, #literasidigital

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?