Food Trend
Restoran Wajib Mampir di Fremantle Australia

31 Jul 2016



Setelah menempuh perjalanan berkendara sekitar 30 menit dari pusat Kota Perth, pemandangan bangunan lama bersanding dengan modernitas di Fremantle, Perth, begitu memesona. Keduanya saling melengkapi. Selain itu, kota yang terletak di mulut Swan River ini berlimpah sajian bercita rasa mancanegara. Selama seharian, saya dibuat kagum oleh warga setempat yang meleburkan bahan baku berkualitas dengan kreativitas yang membahagiakan momen berwisata kuliner. Pengalaman mengasyikkan selepas agenda utama mengunjungi   festival kuliner dan wine di Margaret River.
 
JAJAN DI PASAR KREATIF  
Pagi itu langit biru cerah menemani perjalanan menjelajah rasa di kota yang namanya diambil dari seorang tentara Kerajaan Inggris, Charles Howe Fremantle, ini. Moore & Moore Café yang bisa ditempuh dengan berjalan kaki dari Hougomount Hotel, tempat menginap saya dan media lain, menjadi tempat bersantai sambil bersantap pagi.  

Gaya rustic dengan dekorasi barang-barang vintage menjadi tema yang dihadirkan restoran penyaji masakan gaya western dan Mediterania ini. Pengunjungnya juga kebanyakan adalah kalangan muda yang datang untuk menikmati menu sarapan atau brunch sambil menikmati matahari pagi di area outdoor yang terletak di halaman belakang restoran. Kulkas lawas, kincir air dari roda sepeda dan cangkir keramik warna-warni, hingga barang-barang bekas yang digantung seperti chandelier, menyempurnakan keunikan gaya restoran ini.

Usai sarapan, Fremantle Market menjadi destinasi selanjutnya  Daya tarik hasil kreativitas warga setempat juga ditemui di pasar rakyat yang sudah hadir sejak tahun 1897 ini. Ini meliputi jajanan, sayuran, buah, hingga suvenir khas Fremantle. 

 Kios Coffee Connection menghentikan pandangan mata dengan biji-biji kopi yang tersimpan dalam karung goni bertuliskan crème brulee, butterscotch toffee, blackforest, dan sea salt caramel mocha. Unik, biji kopi ini menyimpan aroma-aroma tersebut sehingga saat digiling akan ada sensasi berbeda saat menyeruput. Penasaran, saya berbincang dengan sang barista. Jadi, sebelum disangrai, biji kopi direndam semalaman dengan minyak beraroma cita rasa yang diinginkan.

Beranjak ke dalam, pemandangan kedai crêpe khas Prancis, nougat, baklava, madu, hingga mettwurst. Mettwurst adalah sosis daging babi khas Jerman. Di kios Karutz Smallgoods, berbagai variasi rasa mettwurst disajikan. Sosis ini ukurannya seperti salami dan semuanya diracik sendiri oleh sang pemilik. Garlic German Mettwurst  dan Chili Coated Mettwurst adalah beberapa pilihan terlaris.
 

JEJAK KELUARGA KAILIS

Justin Blackford dari Food Loose Tour menanti kami  usai memuaskan diri di pasar Fremantle. Mantan pekerja di industri restoran ini mengajak berkeliling kota untuk restaurant hopping dengan berjalan kaki. Udara bersih dengan suasana jalanan yang sesekali dilewati kendaraan membuat acara jalan kaki terasa nyaman dan tenang.

Kawasan Fremantle Fishing Boat Harbour memiliki sejumlah restoran apung yang selalu ramai dari pagi hingga malam hari. Kebanyakan restoran seafood.  Kailis adalah salah satu yang melegenda dan populer. Didirikan oleh George P. Kailis, imigran asal Yunani, pada tahun 1928. Kini, warisan dari George dikembangkan oleh anak dan cucunya, Victor Kailis dan George Kailis.

Fish and chips di sini konon terenak di Fremantle. Saya menikmati ikan goreng bersalut tepung yang juicy ini sambil memandangi lanskap deretan kapal penangkap ikan  yang sedang parkir di atas pelabuhan kecil. Saat mata memandang ke arah daratan, taman kota dengan pepohonan hijau yang tinggi dihiasi dengan permainan bianglala. Menyenangkan!

Selain digoreng dan dimasak dengan teknik grill, seafood segar seperti udang, aneka ikan, gurita juga diolah dengan minyak zaitun dan bumbu rahasia. Semuanya begitu menggoda.
 

DIJAMU NUNZIO
“Jangan kebanyakan minum wine. Biasanya perempuan langsung jatuh cinta kepada saya kalau sedang mabuk wine,” canda Nunzio, membuat saya langsung tergelak. Pria bernama lengkap Nunzio Gumina ini adalah pemilik restoran Nunzio’s yang merupakan pelopor alfresco dining (makan di area terbuka) di kota pelabuhan ini.

Meski sudah merantau dari Sisilia, Italia, bersama keluarga sejak usia 7 tahun, logat kental Italia Nunzio masih sangat kentara. Sambil mencicipi beberapa pilihan seafood antipasto yang dimasak dengan gaya Sisilia, pria paruh baya ini bercerita tentang perjuangan sang ayah merangkak dari nol di Negeri Kanguru hingga kemudian memboyong semua anggota keluarga ikut serta. Gaya bicaranya yang hangat sontak mencairkan suasana menjadi lebih akrab, meski baru berkenalan.

Tempat ini adalah bisnis keluarga yang juga dibantu oleh putri Nunzio yang piawai membuat dessert Italia. Kami mencicipi tiramisu, lemon tart, hingga pistachio cake yang tanpa cela itu ditemani segelas red wine. Jujur, dessert di sini akan membuat saya kembali, selain pasta homemade-nya yang sungguh lezat. Seperti kata Justin, “Rumah makan Italia yang sesungguhnya adalah yang menyajikan cita rasa pasta terbaik.”
           
Usai dijamu Nunzio, cita rasa Jepang di The Modern Eatery- House of Aburi Sushi, menjadi tempat menghabiskan siang. Aburi sushi adalah gaya modern meracik nigiri sushi dengan memberi sentuhan grill di bagian atas ikan. Begitu pintu restoran mungil ini dibuka, sang chef, Seiya Kurogi, terlihat sedang sibuk membuat oshi atau pressed sushi di dapur terbuka. Saya sengaja duduk di kursi bar yang menghadap langsung ke Seiya demi menyaksikan kelihaiannya membuat sushi. Menyaksikan sushi chef yang sedang bekerja selalu menjadi tontonan menarik.
           
Perbincangan bersama Seiya disatukan oleh ketertarikan saya terhadap ragam pisau Jepang berkualitas yang diproduksi di Sakai, Osaka. Bagi pemasak profesional Jepang, deba, usuba, dan yanagiba adalah pisau yang wajib dipunyai. Potongan rapi, irisan tipis atau tebal yang sempurna, ditentukan oleh jenis pisau. Topik seputar alat dapur memang paling pas kalau sedang ngobrol bersama chef.  Tangan kreatif chef muda asal Jepang ini memberi warna segar bagi penggemar sajian rasa Jepang di Fremantle.
             
Sambil menyaksikan pendatang asal Osaka ini membakar salmon oshi --sushi dengan topping irisan salmon dan saus andalannya yang berbahan dasar minyak dan telur-- menggunakan blow torch, saya menikmati scallop yang masih didatangkan oleh Seiya dari Jepang. Salad dressing di sini juga berbeda, yang memberi ilmu baru bagi lidah yang akrab dengan sesame dressing, shoyu, ponzu, atau wafu.       
           

BIR ENAK DAN SATAI KANGURU
Sore menjelang malam, Little Creatures di Fremantle Fishing Boat Harbour selalu dipenuhi pengunjung yang ingin melepas penat sambil minum bir dan makan malam. Langit-langit restoran yang tinggi memayungi brewery yang menjadi satu dengan restoran. Sambil menyeruput pale ale, mata terpukau oleh deretan brew kettles berukuran raksasa. Sebuah pemandangan yang hanya bisa dinikmati sesekali.
           
Auranya pun begitu muda dan dinamis. Pramusaji muda yang wira-wiri berpakaian santai tanpa mengenakan seragam. Mereka ramah dan begitu ekspresif. Sebagai teman pipsqueak apple cider, empat tusuk satai kanguru dengan potongan yang cukup besar mampir di meja. Dagingnya empuk dan juicy dengan bumbu yang tipis. Aftertaste daging hewan yang populasinya lebih banyak ketimbang sapi ini mengingatkan saya pada daging domba.

Selain itu, beberapa menu Timur Tengah, seperti hummus, falafel, dan harrisa spiced lamb pizza juga laris manis sebagai teman minum bir. Bir dalam kemasan juga memenuhi beerhouse ini. Demi memenuhi kebutuhan penggemarnya, bir Little Creatures versi kemasan juga tersebar di seluruh negeri. Kalau sedang ke Fremantle, tak lengkap rasanya jika tidak menyeruput bir di sini. (f)
 

 
 
 
 
 


Topic

#resto

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?