Food Trend
Cerita Cabai, Si Pedas Primadona Masakan

31 May 2016


Foto: Fotosearch
 
Siapa, sih, yang tak kenal cabai? Bumbu dapur yang satu ini memang begitu populer di seantero dunia, termasuk Indonesia. Seperti yang tercatat dalam buku The Encyclopedia of Herbs Spices & Flavourings, ada ratusan jenis cabai di seluruh dunia, baik yang turunan asli maupun hasil persilangan. Di Belanda misalnya, ada cabai bernama christmas bell karena bentuknya yang memang menyerupai lonceng. Di Malaysia, ada cabai api karena rasanya yang sangat pedas. Sementara di India, karena rasa pedasnya yang begitu menyengat, ada cabai yang diberi nama cabai cobra. Lain lagi di Meksiko, negara yang terkenal sebagai ’gudangnya’ cabai ini punya koleksi hampir 200 jenis cabai dengan nama-nama yang sangat menarik, beberapa di antaranya adalah ancho, mulato, guajillo, atau poblana.     

Bagaimana dengan cabai di Indonesia? Ternyata, meskipun banyak jenisnya, tidak semua cabai bisa dengan mudah ditemui di pasaran. Varietas cabai yang ada di Indonesia, jumlahnya lebih terbatas. Jalapeno, shisito, dan paprika adalah jenis cabai yang kebanyakan dijajakan di supermarket besar. Cabai rawit, cabai merah, cabai hijau, dan cabai keriting lebih akrab dengan keseharian kita, dan mudah ditemui di pasar tradisional hingga penjual sayur keliling.
 
Dari Karibia, melancong ke Indonesia
Dalam catatan Wikipedia tertulis, cabai masih ‘saudara dekat’ dengan terung, kentang, dan tomat. Tanaman dari genus capsicum ini mulanya dibudidayakan di negara bagian selatan dan utara Amerika, mulai dari Peru hingga Meksiko, serta beberapa bagian wilayah di Colorado dan New Mexico sejak 6000 tahun yang lalu.  Di Eropa, Christoper Columbus disebut-sebut sebagai orang Eropa pertama yang menemukan cabai di Karibia. Buah panjang berwarna merah segar itu dinamainya pimiento (pimento) yang artinya lada hitam.

Dari Karibia, kru Columbus membawa pimiento masuk ke wilayah India. Lewat pedagang  Portugis yang ada di India, pimiento dengan cepat melanglang hingga ke Afrika, Timur Tengah, Italia,  Jepang, Korea, Filipina, termasuk ke Indonesia. Saat  cabai datang ke Indonesia, buah pimiento ini kesohor dengan sebutan cabai. Cita rasanya yang identik pedas lambat laun bisa diterima oleh lidah orang Indonesia. Alhasil, cabai pun akrab sebagai salah satu bumbu andalan hampir di setiap dapur di Indonesia.
 
Jadi Primadona!
Rahasia rasa pedas cabai terletak pada zat capsaicin yang ada di dalamnya. Capsaicin  mengikat sejumlah reseptor pada lidah. Reseptor ini sama dengan reseptor yang memberi sinyal rasa sakit akibat kepanasan. Maka, tak heran jika sensasi yang ditimbulkan dari cabai adalah perasaan menyerupai terbakar. Rasa pedas yang ditimbulkan juga memerintahkan otak untuk melepas endorphin, senyawa pembunuh rasa sakit alami dari tubuh, yang juga memberikan perasaan nyaman dan gembira. Perasaan nyaman inilah yang membuat penikmat cabai ketagihan, hingga timbul pepatah ‘kapok lombok’ : kalau kepedasan merasa kapok, namun berikutnya ingin makan lagi. 

Temukan Manfaat Cabai di sini.

Banyak orang percaya,  cabai bisa membuat nikmat makanan. Sebut saja nama masakan dunia yang bumbunya tak lepas dari penggunaan cabai. Ada hidangan Cina (Szechuan) yang kebanyakan bercita rasa pedas, masakan India seperti chicken tikka masala, kari India, salsa dari Meksiko, nam prik dan tom yam goong khas Thailand, harissa dari Tunisia, dan masih banyak lagi. Tak ketinggalan, dari Indonesia, ada balado yang jadi ikon hidangan  Sumatra Barat (Padang), ikan bakar dengan sambal dabu-dabu atau ayam woku belanga dari Manado, serta sambal khas Nusantara yang tak terhitung jumlahnya.  
    
Selain diolah dalam berbagai hidangan, beberapa jenis cabai tertentu juga bisa dimakan langsung. Tempe atau tahu goreng yang gurih disantap dengan cabai rawit yang superpedas tentu jadi perpaduan rasa yang pas dan enak. Irisan cabai merah atau cabai rawit yang dibubuhi kecap manis, bisa jadi cocolan ikan atau udang goreng. Sedangkan irisan paprika atau jalapeno, bisa jadi campuran salad segar. Ya, cabai  memang luwes diolah dalam berbagai hidangan. Soal cita rasa pedas atau tidaknya, tentu tergantung jenis cabai yang dipilih. Mau yang superpedas (seperti cabai keriting) atau bahkan yang manis (seperti paprika)?
Selain dalam bentuk segar, ada cabai dalam bentuk kering yang juga dijual di pasaran. Cabai ini telah dijemur terlebih dahulu di bawah panas matahari hingga kering. Karena melalui proses pengeringan, otomatis kadar air cabai banyak berkurang, dan membuat cita rasanya lebih pedas dibandingkan ketika masih segar.

 Tak hanya itu, ada juga cabai dalam bentuk olahan. Selain supaya lebih awet, produk olahan ini tentunya bisa mempermudah cara pemakaian cabai. Saus cabai, minyak cabai, cabai bubuk, dan acar cabai  adalah bentuk cabai olahan yang umum dipakai dalam masakan. (f)
 
Melia Satari
Konsultan: DR. IR. NURI ANDARWULAN, MSI, JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN & GIZI, FATETA-IPB


 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?