Food Trend
Aneka Satai Nusantara

24 Jul 2016


Foto: Dok. Feminagroup

Di Indonesia, asal-muasal satai tidak terdeteksi dengan jelas. Ada yang bilang, satai asalnya dari Pulau Jawa, baru kemudian menyebar ke daerah lain. Asumsi ini kelihatannya ada benarnya, sebab dari sekian jenis satai yang ada di Nusantara, paling banyak memang berasal dari Pulau Jawa. Jika mengacu pada definisi satai –sajian yang ditusuk– tanpa mengatasnamakan daerah asal, puluhan bahkan ratusan variasi satai bisa tercipta. Berikut  ini 10 satai khas daerah pilihan femina yang boleh Anda jajal di akhir pekan ini. Klik nama satai untuk mendapatkan resepnya.
 
SATAI AYAM MADURA

Jenis satai ini paling mudah dan banyak ditemui di ibu kota, mulai dari pedagang keliling, warung tenda sederhana, hingga di rumah makan besar. Bahkan, sebuah resto yang terletak di sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta Selatan menjadikan menu ini sebagai menu andalan yang dijual dengan harga premium dan memberikan nama TeSate (seperti penyebutan kata satai oleh pedagang satai Madura keliling).
Bisa dipastikan, hampir semua orang pernah mencicipi satai. Bahkan, satai ayam Madura ini menjadi salah satu menu khas Indonesia yang paling dikenal oleh ekspatriat, selain nasi goreng. Ciri khas satai ayam Madura ada pada bumbu kacangnya yang gurih dan manis karena paduan bumbu kacang yang bercampur dengan siraman kecap manis yang royal. Biasanya disantap bersama potongan lontong atau nasi. Dalam tiap tusuk, berisi potongan daging dan kulit ayam. Jenis ayam yang digunakan adalah ayam ras yang dagingnya lebih empuk.
            Satai ayam jenis ini memang populer dan banyak disuka. Harganya bervariasi, mulai dari Rp12.000 – Rp15.000 per 10 tusuk. Bahkan, meski tempatnya berada di pinggir jalan pun, satai ayam Madura selalu diserbu. Buktinya, salah satu pedagang satai ayam Madura yang mangkal di depan Rumah Sakit Pertamina Pusat (RSPP), dalam satu hari (buka sejak pagi) menghabiskan hingga 10.000 tusuk satai!
 
SATAI AYAM BLORA                                                                                                             
Ciri khasnya yang paling mudah diidentifikasi adalah ukuran potongan daging ayamnya yang mungil dan berjejer rapi di tusuk satai. Eliminasi kulit ayam pada satainya membuat sajian khas Blora ini cocok untuk Anda yang sedang ‘bermusuhan’ dengan lemak.
            Sebelum dibakar, satainya sudah direndam cukup lama dalam bumbu, sehingga daging satainya sudah enak, meski belum dicampur saus kacang yang disajikan terpisah. Saus kacang yang gurih, encer, berempah, dan halus, hasil kolaborasi kacang tanah, santan, dan rempah yang dicampur dan dimasak bersama, merupakan ciri khas lain satai ayam Blora.
Tambahan kecap manis pada saus kacang satai Blora tidak wajib hukumnya. Kecap manis disediakan di meja, mau dipakai atau tidak, tergantung selera pengunjung. Satai ini juga disantap bersama nasi atau lontong dan semangkuk hidangan berkuah kuning.
            Meski penjual satai Blora di Jakarta jumlahnya tak sebanyak satai Madura, satai ini tetap jadi buruan para perantau Blora yang ingin bernostalgia dengan cita rasanya yang khas.

SATAI AYAM PONOROGO
Sekilas penampilannya mirip dengan satai ayam Madura. Hanya, saus kacangnya lebih halus dan berwarna cokelat muda, tidak seperti  saus kacang satai ayam Madura yang cokelat kehitaman akibat tambahan kecap manis. Saus kacang satai ayam Ponorogo hanya terbuat dari kacang tanah yang dihaluskan, tanpa tambahan bumbu apa pun. Tak heran jika rasanya, ya, rasa plek kacang tanah yang amat gurih. Perbedaan lain adalah adanya tambahan irisan bawang merah mentah dalam saus kacangnya.
            Aslinya, satai ayam Ponorogo menggunakan ayam kampung. Namun, ada beberapa tempat yang menggantinya untuk mengantisipasi harga ayam kampung yang relatif tinggi. Selain potongan daging ayam dan kulit, satai Ponorogo juga menyertakan potongan ati dan ampela ayam dalam tusukannya yang bisa disantap dengan lontong atau nasi. Walaupun tak terlalu mudah menemukan satai ayam Ponorogo di Jakarta, namun saus kacangnya yang gurih pasti akan membuat siapa pun yang sudah pernah mencicipinya, ingin datang kembali.
 
SATAI AMBAL
Satai ini punya keunikan tersendiri karena saus kacangnya bukan terbuat dari kacang tanah seperti satai ayam lain, tapi dari kacang kedelai yang sudah diproses menjadi tempe mondol, yaitu tempe yang belum jadi (serat-serat putih hasil fermentasinya belum terbentuk). Jadi, tak perlu terkejut saat pertama kali mencicipi, Anda akan mendeteksi adanya cita rasa langu, khas kacang kedelai yang bercampur bersama bumbu lainnya.
            Nama satai ini diambil dari kata Ambal, nama daerah yang ada di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, tempat satai ini pertama kali dipopulerkan. Daging ayamnya sudah dibumbui dengan rempah sehingga rasanya tidak sepo, walau belum dicampur dengan saus kacang kedelainya. Satai Ambal disantap bukan dengan lontong atau nasi, melainkan dengan ketupat.
Klaim makanan sehat akibat kehadiran kacang kedelai yang mengandung protein merupakan salah satu keunggulan yang ditawarkan satai ini.
 
SATAI CILACAP
Satai ini ciri khasnya adalah tusuk satainya ada dua buah dalam tiap satai. Menggunakan potongan daging ayam yang ukurannya lebih besar daripada satai ayam lainnya. Cita rasa bumbunya yang spicy merasuk ke dalam potongan ayam karena sebelum dibakar, satai sudah direndam dalam bumbu. Satai ini disantap bersama lontong atau nasi.
 
SATAI BANJAR
Selain soto Banjar, kuliner Kalimantan Selatan ternyata juga punya hidangan yang tak kalah ngetop dan lezat, yaitu satai Banjar. Satai berisi potongan daging dan kulit ayam ini warna bumbunya kemerahan. Rasanya komplet, kombinasi pedas, asam, dan manis.
Pedasnya sedikit menggigit dan bikin keringetan karena kehadiran bumbu habang-nya (bumbu merah) yang dibuat dari cabai merah kering dalam campuran bumbu kacangnya. Bumbu habang merupakan salah satu bumbu inti yang banyak mewarnai sajian-sajian khas Banjar. Selagi panas, satai ini sangat klop disantap bersama ketupat. Siap-siap ketagihan, ya!

SATAI KAMBING
Seperti halnya satai ayam, satai kambing pun mudah ditemukan di Jakarta. Namun, tak mudah untuk mencari tahu dan menelusuri dari daerah mana sebenarnya  asal-muasal satai yang terdiri dari potongan daging bercampur lemak kambing ini. Mungkin karena penggemarnya cukup banyak, hampir semua tempat makan yang menyediakan menu satai, umumnya memiliki menu satai kambing.
Satai kambing Tegal dengan daging kambing muda atau balibul (bawah lima bulan) atau bahkan batibul (bawah tiga bulan) termasuk satai kambing yang paling populer. PSK alias Penggemar Satai Kiloan yang terkenal di daerah Cibubur, Sentul, atau Puncak juga tak kalah populer. Dagingnya empuk karena menggunakan daging kambing bagian punggung.
            Namun, tak seperti satai ayam yang tampil khas dan unik di tiap daerah, satai kambing umumnya seragam, sama-sama disantap bersama kecap manis, irisan tomat, dan cabai rawit. Cek resep SATAI KAMBING SAMBAL MATAH di sini.

SATAI BUNTEL
Jika penasaran seperti apa cita rasa satai buntel ini, bayangkan saja Anda sedang menyantap bakso urat yang kenyal. Ya, satai khas dari Solo ini memang berisi campuran daging, urat, dan lemak yang dicincang kemudian dikepal pada tusukan satai. Yang istimewa adalah finishing touch-nya.
Campuran daging cincang pada satai berukuran cukup besar, mirip kebab (tiap tusuk sekitar 100 g), ini dibungkus dengan lemak kambing sehingga penampilan saat mentahnya mirip jaring-jaring berwarna putih. Di kota asalnya, satai Tambak Segaran merupakan tempat makan satai kambing, termasuk satai buntel, yang cukup populer.
            Jangan langsung ketakutan membayangkan rasanya jadi enek. Asal ’diserbu’ selagi panas, satai ini justru terasa gurih karena sumbangan lemak yang menyelimutinya. Makanya, di beberapa tempat makan besar, satai buntel disajikan di atas hot plate. Setelah matang, satai buntel bisa langsung disajikan atau dipotong-potong. Seni menyantap urat yang kenyal plus lemak yang gurih bersama cocolan kecap, irisan kol, tomat, cabai rawit, bawang merah, dan kucuran air jeruk limau, sungguh menjadi pengalaman yang mengesankan!
 
SATAI MARANGGI
Satai yang sangat terkenal di Plered, Purwakarta, ini terbuat dari potongan daging sapi atau kambing. Cita rasanya manis, mirip dendeng dengan rasa rempah ketumbar yang dominan. Karena sudah direndam bumbu sebelum dibakar, cita rasa daging satai maranggi sudah terasa nikmat meski tanpa siraman kecap manis.
            Satai ini disantap bersama sambal kecap yang berisi tomat merah, bawang merah, dan cabai rawit. Beberapa tempat menambahkan cuka dalam sambal kecap untuk menambah rasa asam yang segar. Harmonisasi manis, asam, dan pedas yang sempurna untuk pelengkap setusuk satai manis yang empuk!
 
SATAI LILIT
Hidangan ini biasanya hadir dalam ramesan Nasi Campur Bali. Satainya bisa terbuat dari  daging ayam, udang, ikan, atau daging sapi, atau campuran di antaranya, misalnya ikan dan udang atau ayam dan udang. Dalam adonannya biasanya juga dicampur dengan kelapa parut muda.
Bentuknya khas dan cita rasanya eksotis. Batang serai yang digunakan sebagai pengganti tusuk satai lidi atau bambu, makin menambah segar aromanya. Apalagi dalam adonannya sudah menggunakan irisan daun jeruk yang juga menyumbangkan kesegaran rasa.
 
SATAI PADANG
Satai ini merupakan jenis satai yang juga sangat mudah ditemui di ibu kota. Banyak orang jadi penggemarnya, tapi tak sedikit juga yang kurang bisa berkompromi dengan cita rasa bumbunya yang kental dan sarat rempah. Satai ini umumnya terbuat dari campuran daging dan lidah sapi. Banyak yang lebih memilih bagian lidah karena teksturnya yang lebih lembut. Di beberapa tempat, ada yang juga menyertakan bagian jantung dan usus, layaknya satai padang asli di Sumatra Barat.
            Versi satai Padang sebenarnya ada dua jenis, berdasarkan daerah asalnya. Dari Padang Panjang dan Pariaman. Jika Anda sering membaca satai Padang Ajo XXX, artinya satai ini pemiliknya adalah orang Pariaman. Istilah ajo merupakan panggilan untuk anak laki-laki dewasa di Pariaman.
            Sebenarnya, satai Padang dari Pariaman kuahnya berwarna kemerahan. Namun, menurut beberapa pedagang satai Padang Pariaman yang menjajakan satainya di Jakarta, derajat warna merah pada bumbunya memang dikurangi. Hal ini dilakukan berdasarkan komentar dan masukan dari para pengunjung. Namun, meski sudah mengalami peleburan rasa, satai Padang ala Jakarta tetap diburu para penggemarnya.
Ada juga satai Padang Gagrak Padang Panjang yang banyak dijajakan di Jakarta. Berlainan dengan satai asal Pariaman, satai asal Padang Panjang ini berkuah kuning. Jika ingin pedas, biasanya pengunjung tinggal menambahkan sambal yang tersedia di atas meja.  
            Disantap dengan alas daun pisang dan taburan bawang merah yang royal di atas kuah panas membuat cita rasa satai ini tak ada duanya. (f)

Lila Muliani


Topic

#sejarahmakanan

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?