Food Trend
Pop-Up Brunch

17 Apr 2016


Foto: TN

Sekitar lima tahun belakangan, kota besar di Indonesia tertular tren brunch. “Ini gaya hidup yang ditularkan kalangan fresh graduates Indonesia yang berkuliah di luar negeri, terutama di Australia dan Amerika Serikat. Saat kembali ke tanah air, mereka mencari kebiasaan menikmati brunch di kafe dan restoran,” ujar Arimbi Nimpuno, salah satu pemasak di kelompok Three Food Concept. Hal ini menuntut pengelola kafe atau restoran untuk menghadirkan menu brunch bagi remaja yang ingin menggabungkan sarapan dengan makan siang di saat yang sama sambil berleyeh-leyeh kala weekend.

Melalui brunch, kalangan sibuk ingin menghadiahkan diri dengan me time, sekaligus mengejar quality time dengan keluarga. Karenanya, selain pengunjung remaja, weekend parents menjadi target restoran. Karena ini, melekatlah kids corner di umumnya lokasi brunch. Salt Grill, restoran mewah lantai 46 Gedung The Plaza, pernah merancang face painting dan kelas masak untuk anak di Brunch of Fun, acara   berjudul sama yang ‘diimpor’ dari Sydney, rancangan Luke Mangan (chef di Salt Grill, Sydney).

Kalangan ekspatriat memenuhi momen ini, menikmati sosis, salami, hingga pain au chocolat hangat. Brunch mulanya digaungkan oleh jasa private dining Good For Eats (G48) milik Fernando dan Ivan. Mereka bertujuan memperkenalkan hidangan kelas gourmet ke segmen yang lebih luas dibanding klien pengguna jasa fine dining mereka. Digelar akhir pekan dan di tempat berbeda-beda, pop-up brunch dari dua lulusan Culinary Institute of America itu menyajikan menu brunch yang saat itu masih jarang dirasakan lidah umum, seperti Egg Benedict, Poached Eggs dan Texas Toast. Ditambah dengan Baked Beans dan tomat panggang, serta sajian klasik French Toast bersentuhan manisnya maple syrup dan crispy smoked beef. Pemilihan lokasi di tempat yang naik daun menjadi pemikat, semisal Mother Goose atau The Cook Shop. Kalangan urban terpanggil untuk coba-coba.
 
Lagi-lagi, media sosial ikut andil di dalam tren. Penikmat yang mengunggah jepretan menyenangkan suasana brunch, dari foto makanan hingga tawa lepas yang terekam di tengah santap melalui Instagram, menyentil anak muda yang mengerti masak untuk ikut membawa lifestyle ini ke komunitasnya. 

Catherine Sumitri dan Katarina Febryani, dua wanita di belakang Feastopia mengadakan sejumlah pop up brunch di Common Grounds Coffee Roasters. Mereka meracik Swedish Meatballs, Qinoa Salad, dan Seared Ahi Tuna Salad. Kelompok yang juga pernah menjadi narasumber resep brunch untuk sebuah majalah lokal ini sebelumnya lebih dikenal sebagai perancang pop up luncheon. 

Kapan pun ada kesempatan untuk merayakan hidup, di situlah brunch hadir. Februari lalu, wanita urban saling berjanji di Common Grounds, memenuhi Valentine Brunch karya Stephani Gondosiswanto yang laku keras. Lokasi ini dipilih karena menjadi third wave coffee shops yang memopulerkan brunch. Ada suatu masa di mana kalangan hipster ibu kota berlomba-lomba mengunggah foto Egg Benedict Common Grounds, versi yang disebut-sebut sebagai salah satu yang terbaik di Jakarta.
 
Yayasan Jantung Indonesia November hingga awal Desember 2015 mengumpulkan kalangan urban dalam acara donasi amal lewat acara Weekend Brunch at Lamoda. Yang ini berkonsep segar, yakni menampilkan interpretasi 11 celebrity chef ibu kota terhadap makanan yang menyatukan breakfast dan lunch. Hadir antara lain Petty Elliot, Ray Janson, Putri Miranti, Yudha Bustara, Arimbi Nimpuno, dan Fernando Sindu. 
 

Trifitria Nuragustina


 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?