Fiction
Gado-gado: Andrew Taggart

28 Oct 2018


Foto: Freepik
 
Kuliah kembali di usia yang tidak lagi muda memberi pengalaman yang lucu-lucu. Rata-rata umur mahasiswa S-2 teman seangkatanku cukup bervariasi. Ada yang sangat muda, fresh graduate dengan usia sekitar 20 tahunan, ada juga yang sudah berusia matang sekitar 40 sampai 50 tahun.
 
Rentang usia panjang itu membuat attitude saat kuliah pun sangat berbeda. Yang berusia 35 tahunan ke atas rata-rata sibuk mencatat materi kuliah, sedangkan yang berusia 20 tahunan sibuk memfotofoto bahan kuliah di white board dengan ponselnya.
 
Hi… hi… hi… memang sahabat-sahabat abegeh (sebutanku kepada mereka) aku ini menggambarkan perilaku anak-anak muda zaman sekarang yang memanfaatkan teknologi dalam hal apa pun. Bahkan, mereka tidak pernah sungkan bertanya kepada dosen apakah boleh meng-copy bahan kuliah ke dalam flash disk miliknya.
 
Kalau kutanya, “Kenapa, sih, tidak dicatat saja bahan kuliahnya?” dengan enteng mereka menjawab, “Ada teknologi harus dimanfaatkan, dong, Kak. Lagian, nanti kalau catatannya tidak lengkap tinggal foto atau pinjam catatannya Kak Grace saja.” Ha… ha… ha… sial.
 
Para dosen terlihat terbiasa cenderung pasrah melihat keadaan ini. Malah terkadang para dosenlah yang menawarkan untuk meng-copy flash disk, atau berkata, “Ya, sudah… biar cepet kalau mau dipotret, ya, potret saja….”
 
“Wah, kalau zaman Kak Grace dulu kuliah S-1, mana boleh seperti itu. Semua mahasiswa harus mencatat dan terkadang ada dosen yang mengharuskan kita tidak berpindah-pindah tempat duduk,” ceritaku suatu hari kepada mereka.
 
“Kak Grace masuk kuliah S-1 tahun berapa?” tanya salah seorang dari mereka. “Tahun 1991… lulus tahun 1996,” jawabku dengan yakinnya.
 
Salah seorang sahabat abegeh-ku langsung menampilkan wajah bingung bercampur kaget, “Wah, tahun 1991 aku belum lahir, Kak. Aku lahir tahun 1993. Berarti Kak Grace masih ngerasain ditelepon pacar pakai telepon koin, dong.” Kami pun tertawa terbahak-bahak.
 
Berasa tua banget ini. Bersahabat dengan abegeh-ku ini mengharuskan aku juga mengenal kebiasaan nongkrong anak-anak muda zaman sekarang. Kalau zamanku tempat nongkrong alias jalan-jalan sore di Lintas Melawai, anak-anak sekarang lebih memilih kafe atau warung kopi yang memiliki fasilitas wi-fi gratis dan banyak colokan listrik. Di dalam kafe, mereka juga tidak banyak ngobrol, tapi sibuk sendiri dengan gadget atau asyik nonton musik dari YouTube.
 
Nah… kalau masalah nongkrong ini masih bisalah aku ikuti. Tapi, kalau selera musik, maka gap generasi terjadi.
 


Topic

#gadogado, #fiksifemina

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?