Fiction
Cerpen: Hikikomori
1 Dec 2017
Gabus sebelah kiri penuh dengan gambar kebencian, sedangkan yang sebelah kanan adalah yang ia sukai, ia cintai. Gambar pertama adalah anjing kesayangannya, Bleki, yang hilang suatu malam. Anjing hitam jenis pudel yang sangat lucu.
Ia yakin anjingnya ditangkap komplotan pencuri anjing untuk dijual ke pedagang sengsu, tongseng daging asu. Kabarnya perkilo harganya tiga puluh ribu rupiah. Anjingnya gemuk, bobotnya 10 kilo, paling tidak maling jahanam itu akan mengantongi uang tiga ratus ribu rupiah. Biadab!
Begitu ia ingat anjingnya, Astrid akan menangis mengguguk seharian, tak keluar rumah, tak makan, tak minum, tak bersih-bersih, semua pintu dan jendela tertutup rapat, tirai jendela tak dibuka, lampu dimatikan, dalam siang yang remang, dan dalam malam yang gelap, ia mengurung diri berhari-hari, berminggu minggu hingga berbulan bulan.
Bila sudah mendingan, barulah ia bersenandung, menyanyikan lagu yang membuatnya riang. Pada akhirnya ia akan ‘tersembuhkan’ oleh kegiatan menyanyi, menari, berjoget, mengepel, dan menyapu. Kegiatan berulang-ulang itu menenangkan hatinya.
Di samping gambar Bleki ada gambar sapu dan kain pel. Kedua benda itu disayanginya karena bisa membuat perasaannya lega dan tenang, setelah apa pun yang kotor jadi bersih. Sesekali ia bercakap-cakap dengan keduanya, menanyakan apa kabar, dan berterima kasih telah menjadi sahabatnya bertahun-tahun tanpa pernah berselisih.
Saat hendak tidur bahkan ia mengucapkan selamat malam pada mereka. Dan pada Bleki dengan mata berbinar ia pun berkata, ”Selamat malam, dan mimpi indah ya,” senyum Astrid mengembang. Matanya sesekali berkaca-kaca.
Ia pun tidur dengan perasaan damai dan bahagia.
Sebelah gambar kain pel adalah gambar ibunya. Ia adalah matahari dan sekaligus bulan buat hatinya, yang membuat segalanya jadi tenang dan hidup. Tanpa ia rasanya, dunia ini tak ada malam tak ada siang. (f)
Topic
#fiksifemina, #cerpen
event
recommended