Fiction
Cerpen: Rinai di Natuna

10 Nov 2017

 

Aku berjarak 1250 kilometer dari Jakarta. Kupasrahkan diriku pada Natuna sejak empat tahun yang lalu. Sebuah titik balik dari awal hidupku sebagai manusia pulau. Telah kularung mimpi para dewi yang mendambakan hidup dalam sebuah bahtera dengan seorang dewa yang perkasa. Khayali benar.

Kudapati diriku yang lampau—muda dan memuja kesempurnaan—memproyeksikan surga kecil buatan manusia lengkap dengan detailnya. Kayu kusen berwarna putih deco, meja makan oval yang tak berpelitur gelap, sprei ranjang bermotif floral yang sering basah karena gerakan tengah malam, dua piring seragam bergambar ayam jago dan betina, serta setumpuk lipatan dasi di lemari.

Kudapati diriku demikian ibarat seorang manusia darat yang hanya terusik dengan kemacetan di persimpangan lampu merah, yang hanya bisa pasrah saat air ledeng macet, yang terbiasa antri panjang di pom bensin, yang suka berlama-lama di depan meja rias, memandangi diri sendiri dengan blazer elegan berwarna merah marun, sambil iseng membatin, apakah suami akan memuji dandanan istrinya dari balik punggung.

Hingga dewa-yang-katanya-perkasa itu mengeluh bosan padaku. Bosan pada tingkahku yang serba kaku, seperti kaki meja yang bersikukuh menopang berbagai jamuan. Bosan pada segunung khayalanku yang katanya semu. Tapi bukankah semua mimpi awalnya semu belaka?

Seusai melepas cincin pernikahan kami di suatu meja makan berpenerangan lilin yang hangat, aku mendaftarkan diri ke sebuah kantor media, mencari tempat pelarian di mana tak lagi aku harus berlari kian kemari, seperti layaknya gadis kecil yang mengejar kupu-kupu di halaman belakang rumah sang nenek. Aku berangkat dengan hati yang kusimpan dalam peti pandora. Kulanjutkan perjalanan tidak lagi untuk mencari jalan pulang. Aku menuju laut lepas meninggalkan sepotong bahu yang tak lagi mau menjadi tempatku berlabuh.
 


Topic

#fiksifemina, #cerpenfemina

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?