Trending Topic
Tak Boleh Gaptek!

21 May 2015

Perkembangan teknologi yang sangat cepat, secara tidak langsung mengubah perilaku dan aktivitas kita sehari-hari. Teknologi bisa menciptakan fleksibilitas untuk bekerja di mana pun. Namun sayangnya masih sedikit wanita yang fasih dalam memaksimalkan teknologi dengan berbagai alasan.

"Kebanyakan wanita menggunakan teknologi - dalam hal ini berinternet- hanya sebatas mencari informasi dan tempat eksis, masih enggan untuk menjadikan internet sebagai media agar pekerjaan lebih produktif dan efektif. Ada keengganan untuk bertanya kepada pria, karena lebih nyaman jika berkomunikasi dengan sesama wanita. Untuk itulah kami membuat platform sisternet.co.id, sebagai tempat untuk saling mengedukasi sesama wanita," ujar Yessi D. Yosetya, Chief Digital Service Officer XL, salah satu panellis dalam diskusi panel Powelunch Wanita Bicara (21/05).

Panelis lain, Neneng Goenadi (Country Managing Director Accenture Indonesia) menambahkan, kemampuan wanita untuk melakukan banyak hal dalam satu waktu (multitasking) sebenarnya menjadi keuntungan bagi para wanita untuk bisa memanfaatkan teknologi kapan saja dan di mana saja. Sambil menunggu taksi, misalnya, kita bisa mengambil kursus singkat mengenai hal-hal yang disukai melalui ponsel cerdas yang ada di tangan. "Jadikan kemampuan ber-multitasking untuk pengembangan diri, termasuk belajar mengenai pemanfaatan teknologi secara maksimal," tambahnya kembali.

Sebagai contoh, Ria Sarwono sebagai salah satu pendiri Cotton Ink, mengisahkan bagaimana bisnisnya mampu bergulir dengan cepat karena memanfaatkan teknologi secara maksimal. "Sekitar delapan tahun yang lalu, saya hanya berdua saat berjualan syal via facebook dan blog. Melihat respon pasar yang sangat baik, dalam perkembangannya saya kemudian membuka situs e-commerce, dan saat ini telah memproduksi sekitar 7000 potong baju setiap harinya," kata Ria di hadapan sekitar 300 peserta yang hadir.

Tak hanya untuk berbisnis, teknologi informasi juga bisa menjadi media untuk mengumpulkan dana secara kolektif untuk beragam kepentingan. "Setiap individu bisa turut berpartisipasi dalam bentuk dana untuk proyek-proyek yang mereka sukai. Proyek perdana kami, yaitu pengumpulan dana untuk pembuatan film Atambua karya Mira Lesmana, berhasil mengumpulkan dana sebanyak 313 juta rupiah dalam waktu tiga bulan," papar Amanda Marahimin, salah satu pendiri wujudkan.id, yang juga menjadi salah satu panelis dalam acara ini.

Rully Larasati
Foto: WHT



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?