Sebelum penjurian fitting, finalis diharuskan mewujudkan enam sketsa. Mereka hanya diberikan waktu dua minggu untuk mengerjakan. Nantinya enam karya inilah yang akan dinilai dan dipamerkan di malam final LPM 2017.
Berbeda dari penjurian sebelumnya, penjurian kali ini sekaligus menjadi media pembinaan dan bimbingan dalam hal teknis untuk para finalis. Setiap peserta diberikan waktu 15 menit untuk menunjukkan progres karya mereka. Juri yang terdiri dari Edward Hutabarat dan Ferry Sunarto tidak hanya menilai karya finalis tapi juga memberikan masukan agar finalis bisa mewujudkan karya sesuai dengan sketsa. Tujuannya agar para finalis dapat menampilkan karya yang optimal di malam final LPM 25 Oktober nanti.
“Banyak yang sudah bagus, artinya tidak memerlukan banyak perombakan. Tapi ada juga yang perwujudan karyanya melenceng dari sketsa, itu kami berikan masukan. Misalnya kurang warna yang sepadan, bahan yang tidak tepat, hingga jahitan yang belum rapi,” ujar Ferry Sunarto.
Selain itu Edward menambahkan, karya finalis LPM tahun ini dinilai lebih beragam, berani, dan modern. Hal ini dinilai Edward sebagai sebuah kemajuan dan harapan baru untuk lahirnya desainer muda Indonesia.
“Mengolah wastra Indonesia agar tetap wearable dan modern memang tidak mudah. Anda harus berpikir lebih sederhana agar kain Indonesia yang digunakan lebih berbicara. Pola dan teknik jahitan yang benar adalah kuncinya.,” ujar Edward.
Untuk melengkapi seluruh koleksi di panggung Jakarta Fashion Week 2018 nanti, seluruh finalis pun harus menyiapkan pelengkap seperti sepatu dan aksesori.
Penasaran dengan siapa pemenang LPM 2017? Simak terus laporan dari kami!
Foto: Shinta Meliza
Topic
#JFW2018
