Fashion Trend
Pro dan Kontra Tren Fashion Masa Kini, See Now Buy Now

26 Jan 2017


Foto: Mondadori

Pekan mode terbesar yang digelar di empat kota mode: Milan, Paris, New York, dan London, merupakan acara paling dinanti pencinta mode seluruh dunia. Sejak diselenggarakan 75 tahun lalu, semua busana yang disajikan oleh desainer ternama pada saat itu akan melahirkan ramalan tren satu musim ke depan. Namun para pecinta mode perlu bersabar karena busana yang tampil di runway baru tersedia di pasaran pada dua hingga tiga bulan kemudian. Tapi itu dulu, kini arah pemasaran sudah berubah. Seperti apa?

Perputaran bisnis fashion, keluh kesah para desainer, dan keinginan konsumen yang tak bisa menunggu membuahkan ide baru. See Now Buy Now (SNBN), sebuah konsep pemasaran baru dimana konsumen dapat membeli produk yang dia inginkan setelah fashion show.

“Di era serba online ini, fenomena tersebut sebenarnya digunakan oleh sebuah rumah mode untuk memuaskan keinginan konsumen untuk membeli. Keinginan seseorang setelah fashion show selesai dibandingkan beberapa waktu atau beberapa bulan setelah fashion show tentu berbeda,“ ujar Samuel Mulia, Fashion Expert.

Implementasi konsep tersebut menuai pro dan kontra dari berbagai pihak. Real time fashion seperti ini merupakan sistem yang hanya dapat diadopsi oleh brand yang memiliki infrastruktur yang mapan dan terintegrasi vertikal. Untuk meluncurkan produk dengan waktu sangat ketat dan siap kapan pun, dibutuhkan sumber daya yang besar, terutama di bagian produksi.

Tantangan utama jika produsen mengimplementasikan konsep SNBN adalalah quality control. Kualitas busana yang dijual harus tetap sesuai standar yang ditetapkan brand tersebut. Tidak semua bisnis fashion dapat mengadopsi sistem penjualan cara cepat tersebut. Karl Lagerfeld, Direktur Kreatif Chanel, Fendi, dan label rancangannya sendiri, Karl Lagerfeld menyatakan bahwa ia tidak sependapat dengan konsep SNBN.

“Kami harus menyediakan waktu untuk konsumen memilih dan mengorder sebuah produk. Produsen memerlukan waktu agar produk sempurna untuk dipasarkan dan digunakan oleh seorang key opinion leader,” ujarnya.

Chanel memiliki enam koleksi setiap tahun. Dan meski tak setuju dengan konsep SNBN, namun demi mengikuti perkembangan era digital, Karl berencana menambah koleksinya yaitu special collection yang dijual di internet. “Ada 15 jenis produk mode yang dapat langsung dilihat dan dibeli secara langsung," imbuh Karl.

Karl bukan satu-satunya desainer yang menolak konsep SNBN. Beberapa luxury brand ternama dunia seperti Dior, Chloe, Isabel Marant, Balenciaga, dan Lanvin memiliki anggapan sama. François Henri Pinault, CEO Kering yang menaungi beberapa brand seperti Gucci, Bottega Veneta, Saint Laurent, Brioni, hingga Alexander McQueen menyatakan bahwa SNBN tidak efisien bagi luxury brand.

Lain lagi dengan Christopher Bailey, CEO Burberry, ia justru sangat antusias menghadirkan konsep SNBN dengan menghadirkan live streaming fashion show secara serentak di beberapa butik Burberry di seluruh dunia pada September 2016 lalu. Konsumen bahkan dapat langsung membeli koleksi tersebut setelah pagelaran busana berakhir.

Burberry pun kebanjiran peminat baru karena pola pemasaran ini. Penjualan Burberry meningkat drastis. “Burberry menampilkan busana pria dan wanita dalam fashion show ‘Seasonless’ pada bulan September lalu,” ujar Deece Dewayani, PR & Marketing Manager, Burberry Indonesia yang mengakui fashion show tersebut sangat efektif karena produk yang dijual cocok di segala musim. Burberry menggunakan istilah See Now Wear Now karena dinilai lebih tepat.

Koleksi tersebut dapat dibeli secara langsung setelah para model turun dari runway, sehingga produk dapat sampai ke konsumen lebih cepat dan terasa lebih personal. Yang paling menarik, Anda tak hanya dapat membelinya di butik, namun dapat dipesan via Facebook Messenger, Snapchat, WeChat, dan akun Kakao resmi Burberry.

Tommy Hilfiger x Gigi Hadid yang menampilkan busana terbaru pada New York Fall Winter beberapa waktu lalu ikut menerapkan konsep SNBN. Seluruh undangan yang hadir dapat langsung membeli busana yang dijual di pop store pada fashion show. Taylor Swift, sahabat Gigi, membeli sweatshirt yang dikenakan oleh model peraga seharga $95 (setara dengan Rp1.300.000) dan mengunggahnya ke akun media sosial. Busana tersebut langsung diserbu seluruh pecinta mode dan sold out di toko online dalam beberapa jam.

Menurut Digital Engagement Rating yang dikeluarkan oleh ListenFirst, dengan menerapkan konsep baru SNBN, Tommy memperoleh Top Digital Brand sepanjang New York Fashion Week karena memperoleh lebih dari 411.000 engagement, menghasilkan kenaikan data konsumen baru sebesar 347% dari sehari sebelum show atau 36% dibandingkan fashion show tahun 2015 lalu. (f)

Baca Juga:


Topic

#millennialmanual

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?