Fashion Trend
Pengalaman Pemenang I LPA 2016: Yonatan Digo Permadi Menimba Ilmu Fashion di Milan Bersama Istituto Marangoni

6 Aug 2018


Foto: Yonatan Digo, Istituto Marangoni, Shutterstock

 
Ini merupakan pengalaman pertama bagi saya melancong ke Benua Eropa. Bukan hanya untuk menikmati indahnya arsitektur Italia yang termasyhur, tapi juga untuk mempelajari lebih dalam lagi dunia mode yang sudah saya geluti selama ini. Akan menimba ilmu secara intensif selama 3 minggu di salah satu fashion capital di dunia merupakan salah satu pencapaian terbesar dalam hidup saya. Perasaan saya pun campur aduk. Senang, takut, excited, dan khawatir, semua membaur jadi satu.
 
Akhirnya saya sampai di Bandara Malpensa, pagi pukul 7. Langit terlihat masih gelap, suhu udara menunjukkan 6 derajat Celsius. Keadaannya tidak begitu ramai, sehingga suhu dinginnya  sukses membuat saya menggigil. Meskipun dingin, kota ini berhasil membuat saya tersenyum. Sungguh saya tidak dapat berkata-kata. Bahagia dan tidak menyangka bahwa saya benar-benar berada di Milan, Italia.
 
Tiap hari saya harus menempuh 20 menit perjalanan dengan kaki dari tempat saya tinggal menuju Istituto Marangoni. Sekolah mode ini terletak di gedung enam lantai, tak jauh dari Duomo, pusat Kota Milan, yang juga merupakan katedral terbesar di Milan. Jalanan ini dikelilingi butik-butik ternama, seperti Chanel, Givenchy, Alexander McQueen, Armani, Moschino, dan masih banyak lagi.
 
Ketika pertama kali kelas dimulai, saya terkejut dengan begitu banyaknya pelajar dari berbagai negara yang datang untuk belajar. Lebih terkejut lagi dengan penampilan mereka. Para pelajar di Istituto Marangoni tak ragu untuk mengekspresikan gaya yang diminatinya ke dalam penampilan sehari-hari. Berbagai macam gaya dapat kita temui di sekolah ini. Sungguh menginspirasi dan sangat berani, pikir saya. Begitu pula yang saya temui di jalanan. Orang-orang lalu-lalang dengan penampilan yang unik dan stylish. ‘Classic Italian’, begitu saya gambarkan.
 
Dalam waktu 3 minggu, kami diberikan arahan melalui trend-forecast, atau panduan yang akan menjadi tren di tahun depan, untuk membuat sebuah mini collection. Tak hanya itu, kami pun dibekali berbagai workshop, seperti pengetahuan kain, fashion influence, fashion marketing, hingga bagaimana membuat portfolio yang layak. Dalam jangka waktu yang cukup singkat, saya menyerap begitu banyak ilmu yang tentunya akan berguna bagi saya ke depannya.
 
Di sela-sela waktu belajar, kami sempat diberi tugas oleh pengajar untuk fabric sourcing ke sejumlah toko kain di Milan. Ternyata, begitu banyak ragam tekstil yang bisa saya temukan di sini. Mulai dari material see-through untuk busana musim panas, hingga material dengan serat kain yang tebal untuk musim dingin, semua ada di sini. Bahan yang mereka tawarkan pun terbuat dari bahan natural dan merupakan kualitas terbaik Italia.
           
Tentunya, selain sibuk dengan kegiatan sekolah, saya menyempatkan diri untuk mengeksplorasi kota cantik ini. Kaya akan arsitektur gaya barok, Milan menjaga tiap bangunannya agar tetap terlihat klasik dan cantik dengan cara tidak mengubahnya.

Di sisi lain, saya sangat tertarik dengan street art yang Milan suguhkan. Di balik megahnya bangunan bergaya barok, street art atau mural art dan grafitti banyak menghiasi tembok-tembok di sudut kota. Sungguh pemandangan yang tak lazim, tapi begitu menginspirasi.
 
Kegiatan lain yang saya gemari selama di Milan adalah mengunjungi museum. Saya pun mengunjungi Palazzo Morando, 10 Corso Como, dan Fondazione Prada. Satu museum yang paling saya sukai adalah Armani Silos, milik Giorgio Armani.

Museum ini didirikan untuk mengingat perjalanan karier Giorgio Armani selama 40 tahun terakhir. Dibangun di atas  lahan seluas 4.500 meter persegi, museum ini terletak jauh dari kesibukan kota. Sangat tenang. Bangunannya juga minimalis dan didominasi warna abu-abu.
 
Sebelumnya, jujur, saya bukan pencinta karya Giorgio Armani. Tetapi, setelah datang ke museum ini, saya langsung jatuh hati. Siluet yang disuguhkan Armani memang cenderung klasik dan tidak banyak yang unik. Namun, kalau Anda melihatnya lebih dekat, craftmanship yang ia suguhkan sungguh luar biasa, di luar kemampuan berpikir Anda! Dia memang mendesain busana dengan siluet yang klasik, namun detail dan bahan yang dipakai membuat rancangannya ke tingkat yang lebih tinggi.
 
Terlalu banyak cerita dari perjalanan saya ke Milan, sehingga tak bisa saya ceritakan satu per satu. Tiap hal kecil yang saya saksikan menjadi pembelajaran inspirasi buat saya untuk menjadi lebih baik.

Besarnya Kota Milan dan mewahnya dunia mode di sana membuat saya lebih semangat untuk berkarya dan memacu diri untuk menghasilkan karya-karya yang tak hanya indah secara kasat mata, tapi juga berkualitas dari segi materialnya.
 
Akhir kata, saya mengucapkan banyak terima kasih untuk Femina dan Istituto Marangoni yang memberikan kesempatan ini untuk saya. Grazie Mille! (Yonatan Digo Permadi)
 


 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?