Fashion Trend
Lebih Kenal dengan Finalis Lomba Perancang Aksesori 2016

24 Oct 2016


Foto: Dok. LPA

 
Tanggal 28 Oktober 2016 mendatang, hasil karya 10 Finalis Lomba Perancang Aksesori 2016 akan tampil di panggung Jakarta Fashion Week 2017. Mereka sudah mengikuti product workshop bersama desainer Amanda Mitsuri (Owner & Creative Director Masicot) dan Niluh Djelantik (Creative Director Niluh Djelantik) pada September lalu untuk mendapatkan pembekalan. Siapa saja Finalis LPA tahun ini? Berikut sedikit gambaran mengenai karya mereka.

Finalis 1 - Michelle Danara
20, Universitas Pelita Harapan, Shinta
“Judul karya saya adalah Shinta, salah satu tokoh wayang. Sebelumnya saya juga cukup tertarik dengan wayang. Kenapa saya memilih Shinta? Karena dia punya karakter yang kuat, tegas, pemberani, dan di saat yang sama dia bisa terlihat cantik juga anggun. Ini yang mau saya tonjolkan di produk-produk saya.
“Cerita wayang hanya disampaikan dari mulut ke mulut, tapi sampai sekarang bisa terjaga. Di sisi lain, saya merasa karya seni ukir, tuh, masih kurang dihargai. Makin lama pekerja ukir makin susah dicari. Saya harap dengan karya-karya ini seni ukir Jepara ‘harga dirinya’ dapat lebih meningkat.”

Finalis 2 – Agatha
28, Parsons School of Design New York, Dreamland
 “Inspirasi Dreamland dari cinta monyet dengan teman main ketika SD selama tiga tahun. Setelah lulus SD, kami malah loss contact. Entah bagaimana, di rumah ada satu boks yang isinya barang-barang buatan dia. Nggak cuma gambar, tapi ada juga surat-suratan kecil, sampai kapal-kapalan dari penghapus.
“Saya suka banget aksesori. Tahun kemarin saat saya baru pulang dari Amerika, semua orang menyuruh saya ikut LPA. Lihat tema Art Attack sama quotes Pablo Picasso “Every child is an artist”, saya langsung memilih gambar milik dia yang paling berkesan untuk dijadikan produk.”

Finalis 3 – Dien Azhiella Ilyas
23, Universitas Kristen Maranatha, Segeu Weave
“Melalui LPA saya ingin membuktikan ke diri sendiri kalau mampu. Kan, sebelumnya saya mendesain fashion, jadi ternyata bisa keluar dari baju. Saya sendiri memang senang aksesori. Pakai baju sesimpel apa pun kalau pakai aksesori seperti menekankan outfit yang dipakai.
“Desain saya lebih ke arah edgy dan kesederhanaan. Untuk koleksi Segeu Weave, dari warna-warnanya hijau-merah-kuning sendiri, saya mau kasih lihat Aceh. Kesederhanaan wanita Aceh, walaupun sederhana, tapi mereka tangguh. Makanya pakai materi rotan yang lentur, tapi tetap kokoh.”

Finalis 4 – Anastasia Grace Sumartoni
20, Institut Teknologi Bandung, Gaia Charter
“Tema Java Heritage dipilih karena sejak kecil saya tinggal di Jawa dan saya juga mencintai budaya Indonesia. Negara lain tidak punya yang sepertti kita, misalkan peninggalan Candi Borobudur dari zaman Masehi, ancient tapi sangat menarik kalau dipadukan dengan budaya modern.
 “Harapannya, sih, saya bisa maju terus. Ingin banget produk saya dipakai di JFW karena achievement buat mahasiswa seperti saya. Ke depannya, saya ingin bisa menjadi desainer yang profesional di bidang ini. Saya lebih ke arah sepatu dan kalung karena memang suka aksesori.”

Finalis 5 - Evelyn Nathania
21, LaSalle College Jakarta, Gaia Charter
“Interpretasi tema Art Attack susah-susah gampang, karena art itu luas. Saya memilih tema Gaia Charter karena itu percampuran seni arsitektural dengan alam. Alam yang botanical atau flora.
“Yang paling menantang adalah bikin sepatu karena haknya berbentuk C. Itu harus di-press berkali-kali, pergi ke mana-mana untuk bikin sepatu. Itu seru! Ke depannya kalau saya bikin brand sendiri atau buka usaha tas dan aksesori jadi sudah tahu harus ke pengrajin mana. Lebih kaya pengalaman dan pengetahuan.”

Finalis 6 - Metia Ramadhania P
29, Institut Teknologi Bandung, Nirmana
"Tema saya adalah Nirmana yang merupakan basis pembelajaran desain. Kita bisa melihat basic dari desain atau art melalui banyak unsur, seperti titik, garis, volume, dan prinsip-prinsipnya. Ini bisa dibuat produk fashion yang inovatif dan memiliki kekhasannya tersendiri.
"Saya ingin Nirmana menjadi ciri khas desain saya, bisa diterima masyarakat dan jadi karya yang dihargai juga. Saya harap LPA juga makin berkembang ke depannya, makin berkualitas, dan semakin banyak desain-desain yang dipertimbangkan."
  
Finalis 7 - Gie Sanjaya
29, Istituto di Moda Burgo, Bohemian Art Style
"Motivasi saya ikut LPA supaya orang-orang di luar sana, walaupun basic-nya bukan fashion design, tapi kalau mau belajar untuk membuat karya, dia bisa menjadi entrepreneur yang dapat membantu orang lain.
"Saya memegang teguh eksperimen, asalkan kita mau buka mata, buka telinga, mau belajar dengan siapa pun orangnya. Dalam membuat karya, saya ingin menjadi berkat buat orang lain, itu tagline hidup saya."

Finalis 8 - Valencia Arifin
23, LaSalle College Indonesia, Wild Owl
"Karena sudah punya background sepatu jadinya lebih mudah untuk menginterpretasikan tema Art Attack. Kepada pengrajin bisa kasih tahu, step-nya sudah tahu.
"Saya berusaha sepatu saya yang diproduksi meskipun tinggi harus enak dipakai jalannya, solnya empuk. Ke depannya saya ingin jadi desainer aksesori sukses. Ingin jadi seperti  Charlotte Olivia-nya Indonesia gitu."

Finalis 9 - Wahyu Nurina
21, Institut Teknologi Bandung, Ar(t)sisoris
"Saya penasaran terhadap dunia fashion sehingga mendaftar ikut LPA. Saya juga ingin jadi desainer. Waktu itu saya disuruh orangtua ambil jurusan arsitektur, untungnya dalam mendesain background ini terpakai prinsip-prinsipnya.
"Jujur saya masih buta, sih, belum tahu sama sekali bagaimana mewujudkan sebuah produk. Bikinnya di mana juga harus mencari-cari. Awalnya panik, tapi saya sengaja memilih gambar sketsa yang memang masih mungkin saya wujudkan."

Finalis 10 – Yonatan Digo Permadi
23, LaSalle College Indonesia (Surabaya), Supernova
“Sehari-hari kegiatan saya termasuk mengajar di kelas fashion design. Saya mencoba kemampuan desain dengan mengikut LPA ini. Dengan menjadi finalis LPA, saya belajar banyak tentang memproduksi dan mengembangkan karya kita dari segi bisnis.”(f)


Baca juga:

Inilah 10 Finalis Lomba Perancang Aksesori 2016


Topic

#JFW2017

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?