Family
Tetap Semangat di Saat Orang Tua Bangkrut

28 Jan 2017


Foto: Fotosearch

Tadinya Nina adalah cewek ceria yang memiliki banyak teman. Tapi, belakangan ini dia terlihat murung dan jarang nongkrong bersama rekan kerja. Ternyata, nih, dia sedang tertekan karena usaha orang tuanya gulung tikar.
           
Masalah yang dihadapi Nina bisa menimpa siapa saja, termasuk kita. Bikin shocked, tentunya. Maklum, kita yang biasanya hidup berkecukupan mau nggak mau harus membantu memenuhi kebutuhan orangtua.
           
Tapi, bukan berarti hal ini bikin kita kehilangan gairah hidup, dong. Sebaliknya, kita mesti bangkit dan memompa semangat baru, seperti yang diungkapkan psikolog Netty Hartati M.Si.
 
Peran pola asuh
Cara tiap orang dalam menghadapi masalah kebangkrutan ortu, tuh, berbeda-beda. Ada yang bisa menerimanya dengan lapang dada, tapi nggak sedikit pula yang memberikan reaksi negatif. Semua ini tergantung dari pola asuh yang didapatnya sejak kecil.
           
“Jika orang tua si anak biasa memanjakannya, maka dia akan sulit menerima kenyataaan pahit. Sebaliknya, jika dia selalu dilatih untuk mandiri, guncangan yang dirasakan akibat kebangkrutan ortu nggak akan terlalu besar,” ujar Netty.
           
Meski begitu, karakter individu juga berpengaruh. Walau sejak kecil sang ortu menuruti keinginan sang anak, bisa saja, tuh, dia menyesuaikan diri saat kondisi keuangan keluarga memburuk. Tergantung pola pikir dan sikap masing-masing orang, deh.
 
Bikin nggak pede?
Salah satu efek negatif dari kebangkrutan ortu adalah menurunnya kepercayaan diri kita. Tapi, hal ini lebih berlaku bagi mereka yang masih kuliah. Soalnya, nih, anak kuliah masih mengandalkan ortu untuk uang jajan hingga biaya transportasi. Jika kebutuhan tersebut sulit dipenuhi, bisa-bisa dia minder saat bergaul dengan teman.
           
“Secara teori, cewek yang sudah memasuki usia dewasa lebih mampu menerima keadaan dibandingkan anak-anak atau remaja yang egonya masih tinggi. Jadi, mereka tetap pede bergaul. Tapi prakteknya, masih ada beberapa yang kurang pede karena sulit jalan-jalan dengan teman—nggak punya uang, sih,” jelas Netty.
           
Situasi ini jarang dialami oleh kita yang bekerja. Maklum, kita sudah punya penghasilan sendiri yang dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dengan kata lain: kita nggak panik, bahkan kita bisa turut membantu keuangan ortu.
 
Waspadai performa
Nggak cuma anak kuliah saja yang performanya bisa menurun saat punya masalah, tapi juga orang dewasa seperti kita. Inilah yang mesti diwaspadai. Nggak asyik, kan, performa kerja anjlok karena kita terlalu meratapi nasib!
           
“Kasus ini hanya dialami mereka yang sulit menerima keadaan. Berawal dari rasa minder, selanjutnya mereka menarik diri dari pergaulan hingga akhirnya kehilangan motivasi untuk belajar atau bekerja. Jadi, egonya masih tinggi seperti remaja,” tambah Netty.
           
Kalau sudah begini, nggak cuma pendidikan atau pekerjaan yang terbengkalai, tapi juga kehidupan pribadi alias berkurangnya teman. Gimana masalah bisa terpecahkan jika kita nggak mau berinteraksi dengan lingkungan sekitar?
 
Buang ego!
Sama seperti roda, kehidupan, tuh, selalu berputar. Kadang kita berada di atas, kadang di bawah. Saat menghadapi masalah—ortu bangkrut, misalnya—anggaplah ini sebagai ujian agar kita dapat menjadi sosok yang lebih berani dan mandiri.
           
Pastinya, nih, hal pertama yang perlu diperhatikan saat mengalaminya adalah menyesuaikan diri dengan keadaan. Jika biasanya kita hobi belanja pakaian tiap kali pergi ke mal, kali ini kita mesti menahan diri. Ingat, masih banyak kebutuhan lain yang lebih penting.
           
Buanglah ego kita. Daripada merasa malu karena jatuh 'miskin', mendingan bantu perekonomian keluarga. Kalau sudah kerja, nggak ada salahnya mulai membayar biaya listrik dan telepon bulanan.
           
“Nggak usah malu dengan kondisi keuangan ortu. Bantulah mereka untuk mengatasi keadaan, misalnya dengan turut mencari penghasilan tambahan. Lalu, berpikirlah secara positif agar masalah ini nggak terasa berat,” jelas Netty. (f)
 


Topic

#finansialkeluarga

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?