Family
Gambaran Keluarga Masa Kini: Kompleks!

13 Apr 2016


Foto: Fotosearch

Jessica (28) tumbuh di keluarga poligami. Ibunya adalah istri ke-2 dari empat orang istri. Ia merupakan putri tunggal dari ibunya, dengan tujuh saudara tiri dari ketiga istri ayahnya yang lain. Ia mengaku tidak tahu pasti jumlah istri dan anak-anak ayahnya. Tetapi, setidaknya, merekalah selama ini yang pernah bersosialisasi dengannya.

“Sangat supel dan rock and roll!” ungkapnya, tentang citra sang ayah juga di mata teman-temannya. Meski awalnya sangat sulit, seiring bertambahnya usia, Jessica berhasil berdamai dengan kenyataan bahwa ayahnya dan kehidupan keluarga yang mereka miliki memang berbeda dari kebanyakan teman-temannya yang lain.

Bagaimana komentar Jessica tentang ayahnya? Meski ia mengaku memiliki hubungan yang cukup baik dengan ketujuh saudara tirinya, saat kanak-kanak, ia sempat berebut perhatian dan kasih sayang dari sang ayah dengan saudari tirinya saat masih kanak-kanak.

“Mungkin karena hanya kami berdua anak perempuan Ayah yang sebaya. Usia kami hanya terpaut satu bulan. Jadi, kami saling cemburu. Namanya juga anak-anak,” cerita Jessica. Di sisi lain Jessica juga harus selalu menjaga perasaan ibunya, saat ia berkumpul dengan saudara-saudara tirinya di acara keluarga besar.

Mereka yang hidup dalam keluarga dengan orang tua yang beberapa kali bercerai lalu menikah lagi juga punya cerita yang menggelitik. Si kembar Salmaa Chetizsa Muchtar (20) dan Salwaa Chetizsa Muchtar (20) cukup terbuka saat mengisahkan episode hidup mereka sebagai putri diva pop Indonesia, Titi DJ.

Dari pernikahan pertamanya bersama aktor Bucek Depp (1995-1997), Titi dikaruniai 3 anak: Salmaa, Salwaa, dan Daffa Jenaro Muchtar (18). Bersama suami keduanya, Andrew Hollis Dougharty (1999-2006), lahirlah Stephanie Poetry Dougharty (15). Sementara itu, pernikahan ketiganya dengan rocker Ovy atau Noviar Rachmansyah (2007-2011), tidak memiliki buah hati. Tapi, Ovy memboyong dua anaknya, Axel dan Kezia, dari pernikahan sebelumnya untuk tinggal bersama Titi dan keempat anaknya.

Salmaa, Salwaa, dan kedua adik mereka bahkan punya sapaan berbeda untuk ketiga ayah mereka ini. Papa untuk Bucek, Daddy untuk Andy, dan Om Ovy untuk Ovy. “Usia kami 15 tahun saat Mama menikah dengan Om Ovy. Mungkin karena agak sulit mengubah kebiasaan, akhirnya kami tetap memanggil dengan sebutan Om Ovy,” ujar Salwaa, tentang alasannya tidak memanggil Ovy dengan ‘papa’. Hidup dalam keluarga seperti ini tidak membuat mereka merasa aneh atau berbeda.

Mereka juga mengaku tidak mendapat judgement negatif dari lingkungan sosial tentang format keluarga yang mereka miliki. “Di lingkungan teman-teman, bukan hanya kami yang keluarganya kawin-cerai. Ada beberapa teman saya yang juga punya orang tua seperti itu. Jadi, ini bukan hal aneh lagi,” jelas Salmaa.

Justru, mereka mengaku bahwa dengan tiga ayah, mereka jadi kebanjiran perhatian. Bukan hanya dari orang tua inti, tapi juga dari extended family, seperti tante, oma, dan banyak lagi. “Paling terasa, sih, kalau kami ulang tahun. Dapat kado dari empat pihak: Mama, Papa, Daddy, dan Om Ovy. Ini belum menghitung kado dari keluarga besar lainnya,” ucap Salwaa, jujur.

Kisah yang tak kalah menarik datang dari keluarga masa kini Lia (32) dan Hendra. Keduanya harus berjuang mengatasi komplikasi hidup berkeluarga akibat lokasi dan ritme pekerjaan berbeda.

Pekerjaan sebagai jurnalis membuat Lia harus sering bepergian. Pernah ia harus meninggalkan anak keduanya yang baru berusia 4 bulan untuk bertugas selama 20 hari ke Inggris.

“Saya kerja keras menyetok kebutuhan ASI anak hingga ratusan botol sebelum pergi,” ceritanya. Saat itu, sebagai reporter televisi, ia rutin bertugas ke luar kota tiap bulannya. Sekali pergi, bisa sampai 2-3 minggu. Di saat bersamaan, suaminya yang bekerja di pertambangan juga harus meninggalkan rumah hingga 1,5 bulan untuk bekerja di site di luar Pulau Jawa.

“Bukan cuma saya dan suami yang harus akrobat, tapi juga kakek dan nenek anak-anak kami,” ujar Lia. Belum lagi jika bicara soal perbedaan cara mengasuh, atau menjaga kedekatan dengan pasangan dan anak-anak, saat mereka saling berjauhan. Frustasi dan kangen semua campur aduk jadi satu. Apalagi jika sudah berurusan dengan masalah sinyal telepon, atau jaringan broadband internet yang tiba-tiba mogok jalan.

“Sejak setahun terakhir saya dipromosikan menjadi produser. Acara ke luar kota berkurang jadi 2-3 kali saja dalam sebulan,” ungkapnya lega.

Gambaran profil keluarga seperti kisah-kisah di atas, kini banyak ditemui. Sebutlah ‘modern family’. Hal-hal yang tadinya dipandang tabu, dipersepsi tak pada tempatnya, mendadak menjadi makin umum. Apa yang tadinya dipandang aneh atau tidak wajar, kini telah menjelma menjadi ‘the new normal’

Banyak faktor yang bisa menyebabkan kenapa sebuah keluarga tidak bisa disebut ideal. Ideal dalam arti satu ayah, satu ibu, dan anak. Keluarga yang kompleks itu bisa saja, seorang anak yang hanya dibesarkan oleh single mom atau single dad, atau bahkan memiliki lebih dari satu ayah atau ibu, misalnya, karena pernikahan kedua, ketiga, dan seterusnya. Anak yang tumbuh di keluarga poligami, anak yang lahir di luar hasil pernikahan. (f)
 


 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?