Family
Sekolah Bola Anak: Calon Atlet Bergengsi

14 Aug 2013


Naiknya pamor olahraga sepak bola semakin mendongkrak popularitas soccer school di Indonesia. Apalagi jika akademi sepak bola tersebut punya lisensi internasional yang tak hanya mengajarkan teknik bermain bola kelas dunia, tetapi juga fasilitas tambahan. Sebut saja soccer camp, coaching clinic, hingga tur ke stadium-stadium ternama di Eropa dan Amerika Selatan. Alhasil, bersekolah di akademi sepak bola berlisensi kini menjadi kebanggaan tersendiri.

Arsenal Soccer School Indonesia (SSI), Boca Juniors Football School Indonesia (BJFSI), dan  Brazillian Soccer Schools Indonesia (BSS) adalah akademi sepak bola berlisensi ini memberikan fasilitas dan program yang sangat menarik. Setiap tahunnya, BSS menyelenggarakan program England and Spain Football Tour.

Ini merupakan program kunjungan ke beberapa klub-klub sepak bola Inggris dan Spanyol, yang menjadi benchmark sepak bola dunia seperti Chelsea, Liverpool, Manchester City, Barcelona, dan RCD Spanyol. Untuk tahun ini, program football tour rencananya akan diadakan September, dan berlangsung selama 2 minggu dan memakan biaya 7.500 dolar Amerika.

 “Dalam tur ini, siswa akan melihat langsung seperti apa kehidupan klub-klub sepak bola di sana. Mereka juga berkesempatan melakukan latihan sekaligus sparring dengan siswa akademi klub-klub tersebut,” jelas Muhammad Santoso, Managing Director BSS Indonesia. Program ini juga dibuka bagi kalangan umum yang memang menyukai sepak bola, terutama para fans klub-klub di Inggris ataupun Spanyol.

International Football Tour juga menjadi agenda tahunan Arsenal SSI, biasanya sekitar bulan Juni-Juli setiap tahunnya. Bedanya, siswa Arsenal SSI lebih fokus mengeksplor kota London, yang merupakan lokasi Emirates Stadium, markas klub Arsenal. Dalam tur ini, para siswa Arsenal SSI bisa menjelajahi Emirates Stadium bersama seorang pemandu terpilih yang juga mantan pemain Arsenal. Di sana, mereka juga mempelajari sejarah berdirinya Arsenal.

Program ini, menurut Nina Raganatha, General Manager Arsenal SSI, merupakan bentuk motivasi kepada siswa agar lebih rajin berlatih sepak bola demi mewujudkan mimpi mereka menjadi pemain sepak bola profesional.

 “Sekembalinya dari London, anak-anak jadi semakin giat berlatih. Mereka juga lebih mengerti bahwa untuk menjadi seorang atlet kelas dunia, diperlukan kerja keras, usaha, dan latihan,” tukas Nina. Untuk bisa mengikuti program ini, setiap siswa Arsenal SSI harus mengeluarkan biaya sebesar 3.300 dolar Amerika.

Sedangkan di BJFSI yang masih berusia setahun, kegiatan internasional memang belum dilaksanakan. Tetapi, menurut Tini Indriani, Public Relation Manager BJFSI, hal itu sudah menjadi bagian dari agenda tahunan yang akan diselenggarakan dalam waktu dekat. “Rencananya, kami memang akan membuat program pelatihan sepak bola di Argentina, juga akan mengikuti turnamen-turnamen antar akademi sepak bola junior di negara tetangga seperti Singapura,” jelas Tini.

Walau program internasional masih dalam penggodokan, menurut Tini, BJFSI saat ini lebih fokus memaksimalkan kegiatan di dalam negeri, termasuk mengadakan turnamen khusus untuk usia 17 tahun. Di Indonesia, kompetisi sepak bola junior kebanyakan hanya ditujukan untuk anak-anak usia 8 sampai 15 tahun. Setelahnya, tidak ada lagi kompetisi. BJFSI pun kemudian berinisiatif menyelenggarakan kompetisi khusus untuk remaja berusia 17 tahun. “Ini bisa menjadi medium bagi mereka yang berpotensi, untuk mengikuti seleksi pemain junior timnas,” ujar Tini. 
 

Terlepas dari segala gengsi internasionalnya, ketiga akademi sepak bola ini sama-sama memiliki tujuan positif, yakni pembinaan terhadap bakat-bakat muda yang kelak bisa menjadi pemain bola profesional. Terlebih lagi, saat ini, profesi sebagai pemain bola tak lagi bisa dipandang sebelah mata.

Setidaknya, hal itulah yang dipercaya oleh beberapa orang tua siswa soccer academy  ini. “Enggak masalah jika nantinya anak saya memang memilih karier menjadi pemain sepak bola profesional. Asalkan dia menjalaninya dengan serius, saya akan mendukung,” tutur Irma June (40), ibu dari Joshua (9) salah satu siswa BJFSI.

Begitu pula dengan Santoso (45) yang mengirimkan anaknya ke BSS Indonesia. Ia pun tak keberatan jika anaknya bercita-cita jadi pemain bola. “Terserah anak saya saja nanti mau jadi apa. Kalau memang dia ingin jadi atlet kenapa tidak? Toh, jika memang berbakat dan dibina dengan tepat, profesi pemain sepak bola cukup menjanjikan,” ujar Santoso, mantap.

Agaknya, kini Anda tak perlu khawatir dengan masa depan profesi ini, terutama jika memang anak Anda bercita-cita jadi pemain sepak bola. Siapa tahu, bila memang berbakat dan mendapat binaan yang tepat, anak Anda kelak akan menjadi salah satu pemain sepak bola profesional kebanggaan bangsa. Tak menutup kemungkinan juga, bakatnya itu bisa membawa timnas Indonesia berlaga di ajang Piala Dunia. (RIZKA AZIZAH)



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?