Health & Diet
Mitos Vegetarian

13 Nov 2013


Mitos: Dapat menurunkan berat badan karena rendah kalori

Faktanya: Banyaknya bahan dan proses memasak turut berperan dalam pola makan rendah kalori, terlepas dari jenis bahan makanan yang diolah. Jika Anda mengolah bahan nabati dengan menggoreng dalam minyak banyak atau menggulai dengan santan, misalnya, hidangan yang dihasilkan akan memiliki kalori tinggi. Risiko hilangnya nutrisi akibat proses memasak yang demikian juga  turut mengintai.
    Cobalah mengolah makanan dengan cara merebus, memanggang dengan oven, mengukus, atau menumis dengan sedikit minyak. Perhatikan juga jumlah makanan yang Anda konsumsi. Tiap makanan mengandung kalori. Jika dimakan dalam jumlah berlebihan, ia akan disimpan tubuh dalam bentuk lemak dan meningkatkan berat badan.

Mitos: Pasti rendah lemak dan kolesterol sehingga dapat menurunkan risiko penyakit jantung

Faktanya: Pola makan vegetarian sudah lama dihubungkan dengan penurunan risiko hipertensi, diabetes, kolesterol tinggi, dan penyakit jantung. Penelitian di JAMA (Journal of the American Medical Association) Internal Medicine baru-baru ini menemukan bahwa orang yang mengonsumsi pola makan vegetarian memiliki risiko meninggal lebih rendah 12% dibanding yang bukan vegetarian.
Penelitian juga menemukan, kaitan antara daging merah dengan risiko penyakit jantung dan kanker. Dengan mengonsumsi lebih banyak sayur dan buah yang mengandung banyak serat dan lebih rendah lemak jenuh, penganut pola makan vegetarian secara sadar lebih memperhatikan kesehatan mereka.

Mitos: Dapat meringankan gejala-gejala menopause


Faktanya: Selain karena adanya fluktuasi hormonal, pola makan juga dapat memengaruhi terjadinya gejala-gejala menopause, seperti mood swing dan hot flush. Menurut dr. Carmen, di Amerika Serikat yang mayoritas asupan makanannya berasal dari hewan, gejala hot flush (rasa panas yang merambat ke seluruh tubuh, sering kali disusul keluarnya keringat dan jantung berdebar) dialami oleh 75% wanita, sementara hanya 22%  wanita di Jepang dan 10% di Cina yang mengalaminya.
Di dua negara terakhir, pola makan yang kaya sayuran hijau dan kuning, betakaroten, dan fitoestrogen relatif lebih umum dijalani. Fitoestrogen yang  banyak terkandung dalam kedelai, ginseng, dan seledri khususnya  berperan penting dalam mengurangi gejala dan menunda menopause. Fitoestrogen juga mampu mencegah kanker dan pengeroposan tulang (osteoporosis), dua penyakit yang risikonya meningkat setelah menopause akibat menurunnya produksi estrogen dalam tubuh.
    
Mitos: Membuat kulit lebih halus dan rambut lebih indah


Faktanya: Belum ada penelitan yang mengonfirmasi hal ini. Namun, menu makan vegetarian yang sangat kaya antioksidan mungkin membantu kulit untuk melawan radikal bebas yang merusak. Selama kulit dan rambut memperoleh asupan protein, vitamin, dan mineral yang cukup, memiliki kulit lebih halus dan rambut lebih indah bukan hal yang tidak mungkin. Jika terjadi sebaliknya, rambut justru rawan mengalami kerontokan, mengingat pertumbuhan rambut turut dipengaruhi oleh hormon, protein, zat besi, dan asam amino lisin.

Mitos: Rutin mengonsumsi kedelai berisiko terkena kanker payudara


Faktanya: Selama dikonsumsi secukupnya, kedelai dalam bentuk tempe, tahu, edamame, atau miso, tidak menjadi masalah. Apalagi, untuk pola makan orang Asia, makanan berbasis kedelai sudah menjadi makanan rakyat. Namun, meski sering disebut-sebut sebagai superfood yang berlimpah nutrisi, seperti fitoestrogen, kedelai hanya satu dari banyak sumber makanan berbasis tumbuhan. Variasikan asupan kedelai dan produk-produk olahannya dengan makanan berbasis tumbuhan lainnya.(Puji Maharani)

Baca Juga: Mengenal Pola Vegetarian Lebih Dekat


 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?