Health & Diet
Cerdas Mengonsumsi Kerupuk (Bagian II)

30 Nov 2011

Tak ada yang bisa menandingi sensasi ributnya mengunyah kerenyahan keripik dan kerupuk favorit. Garing dan gurihnya keripik atau kerupuk sudah demikian menyatu dengan cara makan sebagian besar orang Indonesia. Baik itu sebagai camilan, atau sebagai tambahan ‘pernik’ makan besar.

Meski jadi teman yang menyenangkan, aneka keripik dan kerupuk sebetulnya cukup berperan menambah tenaga (baca: kalori) untuk tubuh. Tapi, kalau sama sekali tak menyentuhnya, wah… mungkin akan sama beratnya dengan melupakan mantan pacar!

Dokter Inayah Budiasti SpGK dari Klinik Hang Lekiu, Jakarta Selatan, mengatakan, mengatur pola makan bukan berarti serta-merta memangkas semua makanan enak favorit. “Dalam pola makan ada unsur cita rasa atau taste. Kalau Anda dipaksa meninggalkan makanan favorit, nanti malah stres. Sudah itu, timbul pelarian lain, atau malah timbul keluhan, yang ujung-ujungnya kurang sehat juga.”

Karena itu, menurut dr. Inayah, yang lebih penting adalah menyiasati kegemaran Anda makan camilan renyah tersebut. Berikut ini 8 hal yang perlu Anda perhatikan.

1. Hayati keripik Anda
“Makan keripik Anda dengan sepenuh hati atau konsentrasi penuh. Kalau memang benar-benar ingin keripik, nikmati setiap gigitan dan setiap keping keripik yang Anda santap. Dengan demikian, Anda benar-benar terpuaskan oleh keripik pilihan Anda,” pesan dr. Inayah.

Dengan cara begini, dijamin porsi keripik yang Anda makan tak akan terlalu banyak. Bandingkan saja bila Anda ngemil keripik sambil online di depan komputer atau sambil ngobrol. Di situ memang letak asyiknya. Tapi, di situ pula awal mulanya penimbunan kalori dari keripik di tubuh Anda.

2. Kurangi porsi makan
Keripik tinggi kalori dan merupakan bentuk karbohidrat sederhana. Maka,  setelah menghabiskan sekantong keripik, bisa dipastikan sumber tenaga dan tabungan kalori Anda sudah tercukupi. Karena itu, menurut dr. Inayah, pada kesempatan makan berikutnya lebih baik kurangi porsi karbohidrat Anda. Misalnya, kurangi porsi nasi atau mi hingga setengahnya. Hindari juga lauk gorengan. Lebih baik perbanyak porsi sayuran segar (kalau bisa bukan yang bersantan) dan porsi protein ‘baik’, seperti ikan, ayam tim, atau ayam panggang.

3. Bukan pengganti  sayur/buah
Di pasaran kini Anda bisa menemukan berbagai buah bahkan sayuran yang berwujud keripik. Dari keripik pisang, apel, salak, atau nangka yang sudah umum, hingga keripik durian serta buah naga. Belum lagi keripik ubi, bayam, hingga aneka jamur. Mengonsumsi keripik seperti  ini memang relatif lebih ringan dibandingkan melahap keripik paru, daging balado, atau kulit ayam yang bisa dipastikan tinggi lemak. Meski demikian, bukan berarti keripik buah-buahan dan sayuran ini bisa dianggap setara dengan buah atau sayuran segar. “Sebagian besar manfaat vitamin dan mineral pada buah atau sayuran segar biasanya ikut berkurang dalam proses pembuatan keripik. Karena itu, Anda tetap harus memenuhi kebutuhan tersebut dari sumber asli,” kata dr. Inayah.

4. Bukan camilan malam
Mungkin saja kan, setelah jam makan malam, Anda tak langsung tidur dan terserang rasa lapar di tengah malam? Pada saat seperti ini sebaiknya hindari mengonsumsi keripik atau kerupuk. Jenis makanan ini memang memanjakan lidah. Tapi sayangnya, berkalori tinggi dan tak membuat Anda kenyang. Setelah itu, bisa saja Anda masih mencari-cari makanan lain yang lebih mengenyangkan. “Kalau ingin, kunyah beberapa keping saja. Bukan sekantong. Lalu langsung atasi rasa lapar Anda dengan mengunyah buah segar yang manis, seperti apel, melon, atau nanas. Bisa juga lanjutkan dengan minum susu atau yoghurt low-fat,” saran dr. Inayah. Dengan demikian, asupan kalori akan lebih terjaga.

Untuk mengetahui 4 hal lain yang perlu Anda perhatikan saat mengonsumsi kerupuk, klik di sini.



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?