Celebrity
Luke Evans Korban Bullying

9 Feb 2015

Sulit untuk memalingkan mata dari sosok Barn the Bowman di film trilogi The Hobbit, sekuel The Desolation of Smaug dan The Battle of the Five Armies. Tubuh menjulang dengan raut wajah panjang namun berahang tegas, Barn adalah pejuang yang bisa membunuh naga Smaug, juga seorang bapak yang penuh perhatian kepada anak-anaknya.
    Kredit bisa diberikan untuk Luke Evans (35), yang mampu meniupkan roh pada Barn si manusia sehingga tak kalah tangguh dengan makhluk-makhluk magnificent lainnya, seperti elf, witch, juga dwarf di dunia Middle Earth imajinasi J.R.R. Tolkien. Melihat rekam jejaknya, kesuksesan aktor asal Wales, Inggris, ini menjadi pelajaran bahwa tidak ada yang sia-sia dalam bersabar menjalani proses.

Korban Bullying

Bagi orang yang tidak terlalu mengamati dinamika perfilman Hollywood, nama Luke Evans memang seperti tiba-tiba jatuh dari langit saja. Di tahun 2014 lalu, ia menjadi bintang utama di film-film besar. Aktingnya yang kuat pun ikut membuat publik terkesima padanya.

Tentu saja pertanyaan pertama yang muncul adalah: siapakah dia? Ia adalah anak tunggal dari pasangan Yvonne dan David Evans, yang bekerja sebagai cleaner dan tukang bangunan. Kedua orang tuanya adalah penganut Saksi Jehovah, sebuah aliran dalam agama Kristen. Hal inilah yang menurut Evans membuatnya di-bully teman-temannya semasa masih sekolah. Di mata teman-temannya, ia dan keluarganya dianggap aneh.
   
“Dulu pada hari Sabtu pagi saya diajak oleh kedua orang tua mengetuk pintu-pintu rumah untuk mengajarkan keyakinan kami. Saat itu, dalam hati saya menjerit, “Oh, my God, saya tahu ini rumah siapa, dan saya akan ketemu mereka di hari Senin-nya. Sangat menakutkan,” kenangnya, kepada The Guardian.
   
“Memang sangat menakutkan, tetapi lihat saya sekarang,” katanya, tersenyum lebar. Bullying ternyata membuatnya bermuka tebal. Terbiasa ditolak dan menerima bantingan pintu dari para tetangganya membuatnya jadi terbiasa pada penolakan. “Ketika saya tidak berhasil lolos di satu casting, saya berpikir ‘Tenang saja, pasti kesempatan akan tiba pada saatnya.’ Dan nyatanya, tidak ada   apa pun yang bisa membuat saya rapuh,” kata pria yang semasa remaja sangat menyukai biologi dan pernah bercita-cita menjadi pathologist ini.
   
Tanpa menjelaskan penyebab sesungguhnya, pada usia 16 tahun  Evans berhenti sekolah, keluar dari Saksi Jehovah (dan memilih menjadi ateis), dan mendapatkan beasiswa untuk sekolah menyanyi di The London Studio Centre.

“Seperti orang tua pada umumnya, orang tua saya sangat cemas ketika saya memutuskan pindah ke London di usia muda. Tapi, mereka melihat betapa saya ‘lapar’ untuk menemukan jalan hidup sendiri,” kenangnya, ketika ia berhasil mendapatkan peran pertamanya secara profesional.  Lulus pada tahun 2000, ia memulai karier sebagai penyanyi opera bersama London West End Productions, dari drama musikal  La Cava,  Taboo, Rent, hingga Miss Saigon. Debutnya di dunia teater ketika ia mendapatkan peran kecil  di Small Change yang pentas di the Donmar Warehouse, sebuah gedung pertunjukan nonprofit di London.
   
Inilah titik balik karier anak korban bullying yang pemalu itu untuk mengepakkan sayapnya lebih jauh lagi. Di panggung Donmar Warehouse itu, suara dan aktingnya  dikenali oleh sutradara-sutradara Hollywood, sehingga ia kemudian lolos casting di film blockbuster, Class of the Titans dan berperan sebagai Dewa Apollo.
        
Tempaan hidup yang tidak mudah sejak kecil juga yang membuatnya bisa jujur dengan diri sendiri. Pun saat ia mengaku kepada publik mengenai orientasi seksualnya sebagai penyuka sesama jenis. Berani coming out bagi seorang aktor yang sedang merayap naik ke puncak popularitas tentu membutuhkan pertaruhan besar, namun Evans tidak takut gambling.

Kepada Womens’s Wear Daily ia mengatakan, “Rasanya menyenangkan ketika orang-orang melihat saya dan berkata, ‘Oh, dia menikmati pekerjaannya dan apa pun yang ia lakukan dan hanya ingin ‘menghidupi’ hidupnya.’ Inilah yang saya lakukan dan hal ini membuat saya bahagia,” ujar Evans, yang sedang dekat dengan model Jon Kortajarena ini.

Yoseptin P




Topic

#mentalmerdeka

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?