Celebrity
Lompatan Indah Putri Marino

28 Dec 2017


FOTO: IFAN HARTANTO (THIRD EYE SPACE, IG: @IFANHARTANTO)
 

Dari pekerja kantoran ‘9 to 5’ ke Piala Citra Festival Film Indonesia 2017. Dulu, wajahnya hanya beredar di catalog fashion sebuah butik milik sahabatnya di Bali. Kini, semua media massa dan kanal media sosial tidak berhenti mencuitkan dan memajang  foto-fotonya. Apakah itu sebagai Lala, pelajar SMA dan atlet loncat indah yang lugu di film Posesif, atau sebagai Putri Marino (24), bintang pendatang baru yang akting memikatnya memenangkan Piala Citra untuk kategori Pemeran Utama Wanita Terbaik di Festival Film Indonesia 2017. Usai pemotretan cover untuk femina, Putri membagikan catatan lompatan perjalanan kariernya.
 
Mengalahkan Ketakutan
Jam sudah menunjukkan pukul 1 dini hari di Kepulauan Natuna, lokasi syuting film terbarunya. Namun, bukan kelelahan fisik yang membuat Putri sulit memproses informasi yang terpampang di layar telepon pintarnya. Di lima menit pertama itu, isi kepalanya seolah beku, hingga ia harus membacanya berkalikali. “Selamat, ya, sudah masuk nominasi Pemeran Utama Wanita Terbaik FFI 2017!”
 
“Otak saya seperti roaming, loading-nya lama, nge-blank. Oke, ini apa, ya… FFI…. Beneran, nih? Ini enggak mimpi, ‘kan…? Setelah lima menit, baru saya bisa berteriak,
‘Aku masuk nominasi!’ Rasanya enggak percaya, tapi bangga juga!” ungkap wanita kelahiran Desa Bengkala, Bali, 4 Agustus 1993, ini dengan penuh bahagia.
 
Sabtu, 11 November 2017, lalu, di Manado, lima menit penuh tanda tanya itu berubah menjadi konfirmasi. Putri berhasil memboyong Piala Citra sebagai Pemeran Utama Wanita Terbaik di Festival Film Indonesia 2017. Akting di film perdananya ini berhasil mengalahkan pelakon yang lebih senior, seperti Dian Sastrowardoyo di film Kartini dan Adinia Wirasti di film Critical Eleven.
 
“Puji Tuhan, Piala Citra ini menjadi motivasi saya untuk terus belajar dan belajar lagi. Sekaligus menjadi pengingat bahwa kesuksesan berawal dari kemauan untuk bekerja secara total dari nol, dan keberanian mengalahkan ketakutan diri sendiri,” ungkap Putri, dalam wawancara terpisah usai perhelatan yang tahun ini digelar di Manado, Sulawesi Utara.
 
Bicara soal ketakutan pribadi, Putri mengaku sempat hendak menyerah di awal proses reading dan workshop naskah film arahan sutradara Edwin itu. Merasa benar-benar tak tahu apa-apa tentang proses pendalaman peran, ia sempat bingung saat menerima naskah bagiannya. “Tanggung jawab saya besar sekali kepada sutradara dan produser. Saya takut tidak bisa memenuhi ekspektasi mereka,” ungkap Putri.
 
“Kami percaya pada kamu. Kamu pasti bisa,” kata sang sutradara. Ungkapan penuh keteguhan itu berhasil menaikkan rasa percaya dirinya yang sempat jatuh. Ia merasa
beruntung, Edwin sangat terbuka dengan ruang diskusi. Proses membangun ikatan di antara pemain dan sutradara pun sangat kuat.
 
Dalam prosesnya, ia menjadi lebih relaks. Saking nyamannya, saat pengambilan gambar, Putri tidak lagi bertanya-tanya, harus dibagaimanakan karakternya ini. Sebaliknya, bersama pemain dan sutradara, ia mulai berpikir apa saja yang bisa ditambahkan dalam adegan. Ia bersyukur mendapat lawan main Adipati Dolken. “Sejak awal, kami 100% ingin total dalam mencari chemistry. Harus kompak dan into character,” ungkap Putri.
 
Tuntutan perannya memang sangat tinggi. Selain harus menumbuhkan sisi karakter, mentalitas, dan emosional sosok remaja yang naif, Putri juga harus menghidupkan peran sebagai atlet renang loncat indah. Ia harus melakukan riset kehidupan remaja SMA sekarang ini, bagaimana mereka merespons permasalahan dengan orang tua dan dunia percintaan. Namun, yang paling menantang adalah menaklukkan ketakutannya pada ketinggian! Di film ini, dikisahkan Lala harus melompat dari ketinggian 10 meter!
 
“Selama satu bulan penuh saya latihan loncat indah. Sampai nangis-nangis awalnya karena takut loncat dari ketinggian,” cerita Putri tentang perjuangannya mendalami karakter Lala. Padahal, olahraga air bukan hal baru bagi wanita penggemar diving yang sempat membawakan acara petualangan My Trip My Adventure di Trans TV ini.
 
“Tiap hari latihan. Seperti masuk pelatnas rasanya,” ujarnya, tertawa. Ditambah lagi, setelah keluar kolam ia langsung lanjut reading sampai sore. “Capek sekali memang. Tapi, karena sudah berkomitmen, ya, maju terus.”
 
Justru di saat-saat terberat inilah ia mampu menjiwai perannya dengan lebih baik. Di bawah gemblengan pelatih renang loncat indah dan lima atlet profesional yang mendampinginya, Putri belajar meresapi mentalitas seorang atlet dan keseharian mereka. “Mereka hebat! Olahraga ini secara teknik sulit sekali. Hanya untuk tahu cara melakukan ancang-ancang meloncat yang benar saja, saya butuh latihan sampai dua minggu penuh!” ungkap Putri. 

Klik page number di bawah untuk cerita Putri Marino berikutnya.
 


Topic

#selebritasindonesia

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?