Celebrity
Lea Simanjuntak Mengawali Karier dari Lagu-lagu Rohani

18 Dec 2016


Foto: Dok. Pribadi

Bagi Lea Simanjuntak (37) mendedikasikan hidup untuk berkarya di ladang Tuhan telah memberi banyak makna kehidupan. Kepada femina, ia berbagi pengalaman menikmati kebahagiaan saat bekerja memuliakan Sang Maha Pencipta.

"Saya tumbuh di lingkungan musik rohani. Sejak usia 5 tahun, saya sudah bergabung dengan tim paduan suara di gereja. Ilmu bernyanyi pun saya dapatkan dari kegiatan musik gerejawi. Namun, hanya sedikit orang yang mengetahui bahwa saya mengawali karier bermusik dari lagu-lagu rohani Kristen. Padahal, saya sudah menelurkan tiga album rohani: dua album Christmas dan satu lagu rohani.

"Sebabnya, selama ini saya juga sering muncul di berbagai event semacam Java Jazz, konser musik klasik, festival musik pop, dan musik gospel. Mereka yang menonton saya di Java Jazz, menganggap saya penyanyi jazz. Sementara yang melihat saya bernyanyi di gereja, melabelkan saya sebagai penyanyi rohani. Image sebagai penyanyi pop atau rohani pada akhirnya ditentukan oleh pendengar.

"Sejak remaja memang saya tak ingin mengotak-ngotakkan label saya sebagai penyanyi. Saya mencoba untuk membuka sayap agar berkembang tak hanya di jalur rohani. Selama list lagunya sesuai dengan karakter, saya pasti mau berpartisipasi.  Baik di acara rohani maupun sekuler. Saya berusaha untuk berjalan seimbang, antara musik rohani dan musik sekuler. Keduanya sama-sama saling mengisi dan memiliki berkatnya masing-masing.   

"Saat menyanyi untuk pelayanan, saya selalu memilih lagu yang liriknya sesuai dengan karakter dan visi pribadi. Saya enggak mau membawakan lagu yang liriknya indah, sedangkan saya tak memercayainya. Setidaknya, saya harus paham lebih dulu makna lirik sebelum menyampaikannya kepada penonton.

"Menyanyi lagu-lagu rohani maupun  industri musik sekuler menyisakan kesan masing-masing.  Di dunia sekuler, tugas saya lebih fokus untuk menjadi penghibur, menyenangkan hati penonton yang sudah mengeluarkan biaya untuk membeli tiket. Sementara di dunia rohani, penampilan saya 90 persen pasti disukai, disambut meriah dan diberi tepuk tangan gemuruh.

"Beberapa penonton yang menyaksikan bahkan sampai berlinang air mata. Sarat emosi! Sebab, kalau di dunia rohani, orang memang sudah memiliki tujuan untuk memperbarui diri menjadi lebih baik. Jadi, hati mereka mungkin tersentuh lewat lirik yang saya nyanyikan.

"Saya  lebih suka melakukan pelayanan di gereja yang kecil. Beberapa kali, saya juga pernah menghibur lansia dan para napi di Penjara Cipinang saat perayaan Natal. Pengemasan acaranya sangat sederhana. Saya tidak dibayar. Hal ini memberikan kepuasan batin bagi saya bisa mengunjungi orang-orang yang bisa jadi terlupakan.  

"Kalaupun diundang nyanyi di acara rohani berskala besar, saya biasanya memilih yang hasil penjualan tiketnya adalah untuk donasi. Dulu, biasanya saya tampil sebagai pembuka konser. Sekarang, puji Tuhan, sudah dipercaya menjadi penyanyi utama yang tampil di puncak acara.

"Uniknya, di musik rohani, segala tingkah laku dituntut bersifat religius. Menyapa penonton dengan kalimat ‘Shalom’, atau menyelipkan ucapan syukur dengan mengatakan ‘puji Tuhan’ di atas panggung saya lakukan agar terasa suasana religinya. Tak hanya sebatas sapaan, tapi makna yang terkandung dalam lirik rohani yang saya nyanyikan juga saya usahakan untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Toh, itu hal positif. Jadi, bukan hanya religius saat menyanyi di acara rohani." (f) 
 
Baca juga:
Idealisme Bermusik Lea Simanjuntak
Hangatnya Keluarga Lea Simanjuntak
Sophie Navita Bukan Aji Mumpung
 


Topic

#LeaSimanjuntak

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?