Foto: Dok. Pribadi
“A father hold his daughter's hand for a short while, but he holds her heart forever.” Kutipan yang indah ini menggambarkan betapa berartinya kehadiran ayah dalam kehidupan putrinya. Seperti George dalam film Father of the Bride, yang tak akan pernah siap melepas Annie, putrinya, untuk menikah. Namun, ia selalu ada saat putrinya membutuhkan rujukan solusi, termasuk menjadi lengan kuat yang siap menampung air mata patah hati. Demikian juga kisah Ariyo Wahab yang menjadi narasumber cinta pertama bagi putri-putrinya. Berikut kisahnya.
Pertama kali menjadi orang tua, saya terpikir harus mendidik anak dengan cara keras, sebagaimana saya dididik oleh ayah saya dahulu. Namun, ternyata itu bukan karakter saya. Saya tidak bisa jadi orang tua yang keras. Bagaimana mau keras, kalau melihat wajah anak atau mendengar suaranya saja hati saya sudah meleleh.
Bukannya menampilkan sosok ayah yang keras, saya dan istri, Mila Wardhani, malah sangat membuka diri dan mendekatkan diri dengan ketiga putri kami: Kyra (13), Jaimie (9), dan Sabine (8). Saya selalu menyediakan waktu bagi mereka. Apakah itu sekadar makan siang di luar, sleepover night (anak-anak ‘menginap’ di kamar ayah- bundanya), sampai masak bersama dan membuat party kecil-kecilan berlima saja. Jika tak ada kegiatan, kami ngeriung di tempat tidur, bermalas-malasan sambil ngobrol ngalor ngidul.
Pendekatan saya ini sukses membuat mereka menjadikan saya sebagai pria pertama yang mereka idolakan, ha… ha…ha…. Tapi, seiring usia, saya mulai punya tantangan baru, terutama saat menghadapi si sulung, Kay, yang sudah mulai remaja. Seperti remaja lain, Kay mulai merasakan emosi-emosi baru, termasuk kepada lawan jenis. Terkadang, ini membuatnya bad mood.
Saya juga harus cari momen untuk memancing ceritanya. Tidak mesti di tempat khusus. Pokoknya, begitu saya lihat mood dia sedang bagus, saya langsung ‘pendekatan’. Biasanya saya ajak dia bercanda dulu, baru lama-lama ngobrol,” urai Ariyo.
“Kay, kamu udah suka cowok belum, sih?” tanya Ariyo. Kay diam saja.
“Cowok yang kamu suka tuh seperti apa, sih?” Masih diam.
“Eh Kay, menurut Ayah, kayaknya temanmu si X suka, deh, sama kamu.”
“Ah, enggak, kok. Dia enggak suka sama aku,” tukas Kay, cepat.
“Ooh, begitu. Kalau dia suka, bagaimana?”
“Enggak mau, ah, soalnya dia masih seperti anak kecil.”
“Memang kamu sukanya cowok yang seperti apa?”
“Yang ‘laki’ banget, kayak Ayah.” (Nah!)
Membesarkan remaja memang harus pintar-pintar, apalagi di era digital seperti sekarang. Kay sudah punya ponsel dan akun medsos, tetapi kami tahu password-nya. Dia tak punya Facebook, hanya punya Instagram yang diatur ‘private’ agar followers-nya hanya orang-orang yang dia kenal dan bukan orang asing. Sesekali, kalau kami mau melihat ponselnya, Kay tak protes. Kesimpulan kami, berarti tidak ada yang dia sembunyikan.
Di usianya yang ke-13, saya belum banyak memberikan nasihat seputar relasi wanita dan pria pada Kay. Saya hanya nasihati agar dia menjadi orang baik dan benar, sehingga dia bisa menginspirasi siapa pun di dekatnya, termasuk teman, pacar, atau suami dia kelak. Namun, saya dan istri selalu berusaha memberikan gambaran relasi yang harmonis antara pria dan wanita pada anak-anak kami. Mereka senang melihat saya dan Mila masih seperti pacaran. Terkadang saya mengecup bibir Mila di hadapan mereka.
Saya juga terbuka soal mantan pacar saya kepada anak-anak. Mantan pacar saya lumayan banyak! Ha… ha… ha…. Kalau ingat masa itu, takut juga anak-anak perempuan saya kena ‘karmanya’. Namun, saya mencoba berpikir positif. Saya selalu berdoa agar mereka diberikan yang baik-baik dan manis saja. Jangan yang macam-macam.
Saya sadar, suatu hari nanti mereka akan ‘dibawa pergi’ oleh suami masing-masing. Walau begitu, terkadang masih muncul pemikiran: masa sudah membesarkan tiga anak cantik-cantik, lucu-lucu, lalu diambil orang? Enak saja... Ha… ha… ha…. Tapi, insya Allah, saya ikhlas, kok. Paling-paling saya akan membekali mereka dengan hal-hal mendasar yang harus dimiliki oleh pria pilihan mereka nanti, seperti fondasi agama yang kuat. (f)
Eyi Puspita
Baca Juga:
- Mengapa Anak Perempuan Perlu Vaksin HPV?
- Pengakuan 3 Pria Tentang Kiat Menghadapi Masalah: Dari Main Game Sampai Karaoke
- Petra Sihombing: Orang Lebih Suka Membicarakan Sensasi daripada Mengapresiasi Karya
Topic
#ariyowahab