Career
Cerita yang Menarik & Autentik Akan Lebih Laris dan 5 Elemen Penting Storytelling untuk Marketing

8 Nov 2016


Menurut Ina Agustini Murwani, Deputy Head of Program MM Creative Marketing BINUS Business School, salah satu yang harus diperhatikan para pelaku pemasaran saat membangun storytelling adalah jarak antara dimulainya cerita dengan pengenalan brand. Iklan audiovisual, misalnya. Bisa jadi konsumen harus menunggu sampai 30 detik atau bahkan lebih hingga akhirnya menyadari adanya brand di sana. Jika tidak dikemas dengan baik, audiensi bisa saja meninggalkan cerita di tengah jalan dan nilai yang ingin disampaikan brand tidak mencapai tujuan.
           
Ia mengingatkan, storytelling itu bukan soal panjang-pendeknya cerita, tapi apakah ada sentuhan emosionalnya atau tidak. “Jika ceritanya terlalu panjang, bisa-bisa audiensi hanya mengingat ceritanya tanpa bisa mengaitkannya dengan brand. Harus diingat bahwa tujuan storytelling adalah untuk membujuk orang agar mau membeli produk dan menjadi konsumen yang loyal. Tetap, harus ada transaksi di ujungnya, jadi jangan hanya indah visualnya saja,” tambah Ina.
           
James Lush, direktur Lush Digital Media, mengatakan, ada lima elemen yang bisa membuat storytelling dalam pemasaran lebih efektif, yaitu:
1.    Topical. Brand manager harus tahu informasi seperti apa yang dibutuhkan audiensi saat ini. Misalnya, produk sunscreen sebaiknya tidak menampilkan cerita soal asyiknya liburan di pantai ketika ada bencana tsunami baru saja terjadi.
2.    Relevant. Berusaha meraih seluruh audiensi dari berbagai latar belakang adalah hal yang mustahil. Buat cerita yang relevan dengan target yang lebih spesifik. Cokelat misalnya, hampir semua orang menyukainya. Tapi, membuat cerita tentang pasangan remaja yang berkenalan gara-gara cokelat bisa membuat target lebih terarah.
3.    Unusual. Cari sudut pandang berbeda agar ada kejutan dalam cerita. Jika cerita terlalu mudah diterka, audiensi bisa memilih untuk pergi.
4.    Trouble. Konflik adalah kunci untuk membuat cerita tetap menarik. Audiensi akan bertahan karena ingin tahu bagaimana masalah diselesaikan. Produk mobil misalnya, membuat eksperimen sosial untuk menahan orang agar tidak menyeberang saat lampu merah dengan membuat ikon manusia pada traffic light untuk menari. Lebih dari 90 detik videonya mampu menahan audiensi untuk menonton karena rasa penasaran, apakah eksperimen ini akan berhasil?
5.    Human. Betul, Anda ingin mengenalkan brand kepada masyarakat. Tapi, produk adalah benda mati tanpa emosi. Tampilkan manusia dalam cerita hingga audiensi merasakan kedekatan emosi dengan tokohnya.  Jadikan audiensi sebagai ‘tokoh utama’ dalam cerita dan posisikan produk Anda sebagai pemeran pendukung yang akan membantu mereka mendapatkan solusi. 

Selain kelima hal itu, penting juga untuk membuat cerita tetap simpel dan autentik. Cerita yang terlalu rumit akan membuat audiensi bingung dan bosan. Sedangkan cerita yang tidak autentik akan membuat brand kehilangan kredibilitas. (f)


Topic

#StoryTelling

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?