Foto: Fotosearch
Karyawan satu ini punya hobi menindas rekan kerja. Selain gemar memanfaatkan posisi atau jabatan demi kepentingan pribadi, ia juga kerap melemparkan jatah pekerjaan kepada rekan sekerja mereka dengan semena-mena. Kalau rekan kerjanya lebih junior, dia akan makin leluasa dalam mengintimidasi.
Tak jarang, bentuk intimidasi ini disertai penetapan tenggat yang terkesan seenaknya dan tidak masuk akal. Akibatnya, rekan kerjanya merasa kewalahan mengatur jadwal untuk mengerjakan proyek tambahan tersebut. ”Terserah bagaimana caramu, yang penting file itu harus sudah ada di meja saya dalam waktu satu jam,” demikian ucapan yang sering terlontar dari bibir si tiran.
Baca juga:
- Punya Rekan Kerja yang Bermuka Dua? Baca Ini
- Strategi Menghadapi Atasan atau Rekan Kerja yang Emosional
- 6 Kiat Membangun Karier di Kota Kecil
Solusi: Senioritas dan kebiasaan mengalihkan tanggung jawab bukanlah budaya kerja yang patut dilestarikan. Apalagi, setiap orang sudah memiliki jatah tugas dan tanggung jawab masing-masing. Karena itu, Anda harus jeli menandai orang-orang yang sering mengambil kesempatan dalam kesempitan ini. Tekankan bahwa dunia profesionalisme tidak memperhitungkan senioritas sebagai identitas yang menentukan strata seseorang dalam lingkungan pekerjaan. Dengan demikian, setiap pegawai, baik senior maupun junior, memiliki hak sama dalam mengutarakan pendapat dan menyatakan sikap.
Terapkan budaya kerja yang berpanduan pada to-do-list. Jadi, seseorang tidak bisa seenaknya saja melemparkan tanggung jawab atau mendelegasikan tugas, apabila kondisi memang tidak memungkinkan bagi rekan kerjanya untuk mengerjakan permintaan tersebut. Dan, Anda juga punya kewajiban untuk memonitor beban kerja masing-masing anak buah, sehingga tidak 'kecolongan'. (f)
Topic
#MentalMerdeka