Career
Kemampuan Yang Dicari Di Era Industri 4.0

14 Jan 2019


Foto: pixabay

Tak dipungkiri, mendengar kata-kata otomatisasi yang terbayang di benak banyak orang adalah  digantikannya manusia dengan komputer-komputer pintar. Tak heran kalau banyak orang khawatir akan kehilangan pekerjaan dan makin mengecilnya kesempatan bekerja. Benarkan demikian?
 
Penelitian McKinsey Global Institute Analysis 2017 menyebutkan secara global sekitar 375 juta pekerja mungkin harus mengubah kategori pekerjaan mereka. Menurut Shinta Kamdani, industri 4.0 lebih dari sekadar otomatisasi, perubahan ini sudah pasti akan ada pengaruhnya terhadap ketenagakerjaan.
 
“Semua tenaga kerja di dunia akan terpengaruh, bukan hanya wanita. Sekarang pertanyaannya adalah apa yang bisa kita persiapkan?” katanya, saat panel Preparing for Industry 4.0 Requirements di IWF 2018. Lantas, apa yang dibutuhkan dalam revolusi industri keempat yang akan menjadi dunia kerja masa depan? Menurut Nia Sarinastiti, Inclusion & Diversity Lead Accenture in Indonesia, yang dicari di masa depan adalah individu yang bisa bekerja lebih produktif dan adaptif dengan memanfaatkan teknologi digital.
 
“Perusahaan ingin para pekerja kreatif bereksperimen. Tidak hanya mengakui dan menerima keadaan apa adanya, tapi harus memberi tantangan pada diri sendiri. Kita tidak hanya mengerjakan apa yang diminta untuk dikerjakan, tapi bekerja beyond. Tentu saja karena itu kita harus lebih agile,” jelas Nia, yang juga menjadi panelis di IWF 2018.
 
Menurut Lily Surya, Managing Partner Egon Zehnder Indonesia, lembaga konsultan sumber daya manusia, di era yang sering dikaitkan dengan big data ini, perusahaan memerlukan orang yang bisa menyambungkan banyak data tersebut, selanjutnya melakukan penilaian dan membuat strategi berdasarkan data yang ada.
 
Di sisi lain, sebagai pekerja, kita juga harus siap bahwa kita juga akan divalidasi dalam bentuk data dan angka. Ia mencontohkan, perusahaan besar seperti Wallmart di Amerika Serikat menggunakan big data untuk mencari manajer toko terbaik. Lewat data seperti angka penjualan, turn over karyawan, dan engagement dengan anak buah, mereka bisa tahu manajer mana yang paling baik. Meski teknologi digital makin berperan dalam pekerjaan, ke depannya tidak hanya dibutuhkan technical skill, tapi juga yang terpenting adalah growth mindset.
 
“Secara individu kita tidak boleh hanya punya satu keahlian. Kita harus mau dan berani mencoba hal baru, melakukan dengan cara yang berbeda, dan taking feedback. Mendengarkan saran dan terus belajar bagaimana cara melakukan sesuatu lebih baik dari sebelumnya,” ungkap Lily.
 
Menghadapi dunia yang menuntut literasi digital yang baik, Lily cukup optimistis bahwa mereka yang tanpa latar belakang ilmu science dan teknologi pun bisa ikut ambil bagian.
 
“Asal kita punya growth mindset, kita bisa melakukan perubahan,” katanya. Ia menambahkan, korporasi mengharapkan karyawan yang selalu berusaha untuk melakukan perubahan dan keinginan untuk automate repeatable process, dan karyawan yang berkreasi dan menciptakan sesuatu yang baru. Dengan perubahan dan inovasi yang terjadi dengan konsisten, maka employee engagement diharapkan tetap tinggi.
 
Akan tetapi, karyawan dituntut untuk selalu berinisiatif dengan ide-ide dan proyek baru. Presiden Joko Widodo sempat menyampaikan beberapa kiat untuk menghadapi tantangan perubahan industri, saat ia memberikan kuliah umum di Hankuk University of Foreign Studies (HUFS), Seoul, Korea Selatan, September lalu. Pertama, tetap tenang dan terus bersikap positif serta optimistis. Kedua, jangan takut untuk mencoba, karena ia percaya lebih baik mencoba sesuatu yang baru, meski ada risiko gagal, ketimbang tidak mencoba sama sekali.
 
Ketiga, yang terpenting adalah melakukan aksi. Ia berpesan agar kita memulai aksi sekecil apa pun. “Make yourself relevant, terbuka untuk kolaborasi, fleksibel, agile, dan mau belajar. Kalau dari diri kita sendiri tidak mau, akan susah. Hal ini berlaku untuk semua individu, segala usia, baik pria maupun wanita,” ujar Nia. (f)

Baca Juga:

Industri 4.0 dan Kesetaraan Gender
Selamat Datang di Dunia Kerja yang Baru
Ini Jenis Pekerjaan yang Akan Banyak Diminati di Tahun 2019
 


Topic

#karier

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?