Career
4 Hal Yang Menghalangi Sisterhood Di Dunia Kerja

20 Aug 2018


Foto : 123RF

Tanpa disadari, para wanita justru merasa harus saling bersaing dan menganggap satu sama lain sebagai ancaman yang perlu dilawan. Bukannya saling mendukung dan berjuang bersama, kita justru merasa harus saling sikut, atau mencari kejelekan kolega wanita yang lain, demi mendapatkan kesuksesan.
 
Shera Rindra Mayangputri, seorang aktivis yang aktif menginisiasi program edukasi kesetaraan gender, menyayangkan bahwa pertemanan yang positif antara wanita (sisterhood) di Indonesia belum terbangun dengan baik.
 
Ada beberapa faktor yang membuat pertemanan positif antara wanita di Indonesia kerap sulit terwujud, terutama di tempat kerja.
 
1/ Kecenderungan bergerombol. 
Pertemanan antarwanita masih dipahami dalam bentuk ‘genggengan’, berkumpul untuk seruseruan, lengkap dengan tuntutan untuk saling sama. Misal, jika ada salah satu anggota yang tidak suka pada seseorang, maka yang lain merasa harus ikut memusuhi orang tersebut. Jika tidak, maka akan 'dikucilkan'.
 
Ironisnya, jenis pertemanan seperti ini sudah terbentuk sejak di bangku sekolah. Pasti kita pernah mendengar atau mengalami sendiri bullying atau penindasan yang dilakukan oleh sekelompok siswa perempuan kepada siswa lainnya. “Entah karena persaingan, kecemburuan, senioritas, atau hanya sekadar ingin merundung saja,” kata Shera.
 
2/ Tuntutan dari standar kecantikan hingga posisi yang tersubordinasi. 
“Mayoritas wanita dibesarkan dengan pola pikir bahwa ia harus cantik, cakap pada urusan domestik, atau lebih hebat dari wanita lain. Ketika masih kecil, kita pun sering kali dibanding-bandingkan dengan anak perempuan yang lain. Secara tidak sadar, terbentuklah rasa bersaing pada wanita lain, perasaan insecure, kurang percaya diri, tidak percaya pada wanita lain, dan lain sebagainya,” tutur Shera.
 
Banyak film atau program televisi juga seperti menguatkan hal itu. Misalnya, film Mean Girls atau acara televisi The Bachelor, yang menggambarkan persaingan sengit antarwanita yang tak jarang harus saling menjatuhkan sebagai sesuatu yang biasa atau keren. Dalam alam bawah sadar, hal itu akan membuat wanita terus bersaing dengan sesama wanita. Budaya patriarkat secara naluriah memang membentuk wanita yang sudah tersubordinasi dari pria jadi enggan untuk tersubordinasi dari wanita lainnya. Intinya, wanita tidak mau tersubordinasi dua kali: dari pria, juga dari wanita lain.
 
3/ Kebiasaan melihat dan menilai sesuatu dari sisi luar saja.  
Misalnya, ketika seseorang dipercaya untuk mengerjakan proyek besar dan sukses mengerjakannya hingga selesai, bukannya mendapat ucapan selamat, ia justru mendapatkan sentimen negatif dari rekan kerja wanitanya yang lain. Dianggap mendapat kesempatan hanya karena cantik.
 
4/Akses terbatas. 
Menurut Shera, dalam dunia karier, tidak semua wanita otomatis memiliki akses yang sama seperti para pria pada banyak bidang. “Ruang terbuka hanya sedikit, sehingga persaingannya pun menjadi sengit,” tutur Shera. Ia menilai, seharusnya akses dalam berkarya terbuka bagi siapa saja, tanpa memandang gender dan berharap persaingan positif untuk meraih sebuah posisi atau prestasi tertentu bisa tercipta.
 
Penindasan, saling menghalangi dan diskriminasi antarwanita telah membuat banyak wanita justru menjauh dari kesuksesan. Bayangkan, jika kita saling mendukung, pasti lebih banyak lagi wanita yang sukses saat ini. (f)

Baca Juga:

5 Solusi Kasus Tantangan Promosi Jabatan
Ini Kunci Sukses MUA Langganan Selebritas, Bubah Alfian
Solusi Menghadapi 5 Karakter Sulit di Kantor untuk Para Manajer

 
 


Topic

#karier, #sisterhood

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?